Pages

Showing posts with label Logam. Show all posts
Showing posts with label Logam. Show all posts

Tuesday, July 12, 2016

REE : Keterdapatan dan Kegunaannya

Pembentukan REE
Beberapa tahun terakhir pada kegiatan penyelidikan mineral logam sering dibicarakan tentang Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) yang memiliki prospek untuk dikembangkan. Apa itu REE atau LJT?

Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) merupakan jenis logam yang keterdapatanya di alam tidak secara tunggal dalam sebaran dengan jumlah besar, tetapi ditemukan dalam jumlah kecil sebagai ikutan. Pada umumnya selalu hadir menyatu bersama mineral lain. Jenis logam tanah jarang ini terdiri dari 17 unsur logam yaitu Scandium (Sc), Yttrium (Y), Lanthanum (La), Cerium (Ce), Praseodymium (Pr), Neodymium (Nd), Promethium (Pm), Samarium (Sm), Europium (Eu), Gadolinium (Gd), Terbium (Tb), Dysprosium (Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Thulium (Tm), Ytterbium (Yb), dan Lutetium (Lu).

Pembentukan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) berasal dari sisa larutan magma yang mengandung gas-gas berunsur logam (pneumatolisis) pada batuan granit berkomposisi tertentu berumur Trias-Jura (sekitar 200 juta tahun lalu) yang menerobos batuan metasedimen metamorf berumur Permo-Karbon (sekitar 300 juta tahun lalu). Gas-gas yang mengandung unsur logam ini dapat pula terbentuk pada batuan yang diterobos itu sendiri. Selanjutnya, dengan kondisi sedemikian rupa, gas-gas tersebut tidak mudah lolos ke luar dan masih tertahan di bawah penudung (penutup) batuan metasedimen-metamorf berumur Permo-Karbon, membentuk endapan timah pada bagian atas (cupola) tubuh granit itu sendiri.

Dalam keadaan ini, timah terendapkan bersamaan dengan mineral-mineral yang mengandung Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) sebagai inklusi (pengotor) dalam granit yang sama. Mineral yang mengandung Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) ini adalah monasit, zircon dan xenotim. Dengan posisi morfologi ketinggian tertentu, proses pelapukan berlangsung sehingga granit yang mengandung timah dan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) itu tersingkap. Selanjutnya, terjadi pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bagian endapan primer dari granit itu di lereng hingga jauh ke lembah-lembah dan bermuara ke dasar laut.

Keterdapatan dan Potensi REE
Berdasarkan penyelidikan selama ini, potensi REE atau LTJ cukup luas penyebarannya. Salah satu sumber keterdapatan REE atau LTJ adalah mineral timah yang terdapat sebagi mineral sisa buangan pengolahan (mineral tailing) timah. Aspek sumber daya REE atau LTJ bila dikaitkan dengan mineral tailing timah yang umumnya dalam bentuk mineral monasit, xenotim dan zirkon, yang juga salah satu sumber unsur radioaktif, merupakan sumber daya yang sangat potensial. Diperkirakan volumenya sangat besar bila dihitung sejak awal berproduksinya timah di wilayah Bangka-Belitung, yang dimulai sekitar pertengahan abad 18 hingga sekarang. Cadangan ini sudah termasuk sumber daya monasit hipotetik di Bangka-Belitung-Kundur-Kampar yang ditafsirkan dari hasil penyelidikan konservasi Badan Geologi yang mencapai 185.992 ton (Badan Geologi, 2007).

Dengan masih berlangsungnya kegiatan penambangan timah plaser di Bangka-Belitung dan Singkep-Kundur, baik di darat maupun di laut, muncul pertanyaan, seberapa besar cadangan REE atau LTJ yang masih belum/akan ditambang sebagai bakal mineral tailing? Dengan kata lain, seberapa besar cadangan REE atau LTJ pada endapan plaser yang ada? Berdasarkan data yang dikompilasi PSDG, Badan Geologi (2012) potensi REE atau LTJ dalam endapan plaser di wilayah darat untuk Bangka-Belitung tidak cukup besar dibanding potensinya pada mineral tailing, yaitu diperkirakan sekitar 17.785 ton.

Jadi, berdasarkan data hingga saat ini, total REE atau LTJ sebagai produk sampingan dari tambang timah plaser dan endapan plaser yang ada adalah 760.620 ton (742.835 ton + 17.785 ton). Sementara itu, dari tiga kali tahap penyelidikan yang dilakukan di Daerah Parmonangan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, telah dianalisis seanyak 15 unsur tanah jarang. Hasilnya, diperoleh nilai kandungan REE atau LTJ yang cukup penting, yang ditunjukkan oleh Ce sebesar 600 ppm hingga 1400 ppm, La (400 ppm – 1000 ppm), dan Pr (600 ppm – 1400 ppm). Ada pun kandungan unsur REE atau LTJ lainnya umumnya kurang dari 100 ppm. Hasil perhitungan sumber daya hipotetis REE atau LTJ di Tapanuli Utara tersebut berkisar 8.852 ton hingga 20.803 ton atau 14.827 ton bila dirata-ratakan. Dengan demikian, bila dijumlahkan dengan hasil perhitungan sebelumnya, diperoleh bahwa total angka sumber daya REE atau LTJ Indonesia mencapai 775.447 ton.

Penyelidikan yang dilakukan Badan Geologi dalam kurun waktu lima tahun terakhir telah menemukan indikasi jenis endapan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) lainnya. Diantaranya, jenis pelapukan residual diatas batuan beku asam (granit) kurang lebih mirip dengan endapan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) yang ditambang di Jiangxi, Cina, dimana ahli geologi disana menyebutnya jenis ”ion adsorption-type”. Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) melapuk sempurna dan hampir semua Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) terkonsentrasi berupa lapisan lempung pada kerak lapukan. Jika mengacu kepada hasil penyelidikan Badan Geologi tahun 2009-2010 di Daerah Parmonangan Tapanuli Utara, Sumatera Utara, proses pelapukannya berlangsung diatas batuan beku asam yang penyebarannya cukup luas dan dikenal sebagai Granit Sibolga yang sudah tersingkap.

Upaya pengembangan untuk menemukan sumber-sumber baru terus dilakukan oleh Badan Geologi bekerjasama dengan PT. Aneka Tambang, Tbk, yang kemudian ditemukan indikasi jenis endapan laterit di Kalimantan Barat. Dalam hal ini pembentukan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) mengikuti proses lateritisasi (pembentukan laterit) sebagaimana berlaku untuk endapan bauksit dan nikel. Laterisasi pada batuan granit, metamorf dan sedimen dalam pembentukan endapan bauksit ini diduga juga membentuk Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ). Indikasi ini telah ditemukan pada endapan bauksit di Kalimantan Barat di mana nilai kandungan Ce yang cukup signifikan dijumpai pada zona dibawah laterit. Tetapi belum diketahui seberapa besar potensi yang ada didaerah ini, dan masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut.

Endapan letakan pasir kuarsa berumur Kuarter di daerah Kalimantan Barat diketahui memiliki potensi sumber daya logam ekonomis, seperti emas dan zirkon. Beberapa peneliti terdahulu juga mengindikasikan kehadiran logam lainnya seperti timah. Diantara semua mineral berat, zirkon secara konsisten hadir dalam jumlah yang cukup tinggi di berbagai lokasi yang diduga berasal dari hasil erosi batuan granitik penyusun batholith Singkawang maupun batuan metamorf. Sedangkan mineral berat lainnya dijumpai berupa rutil, topas, magnetit, hornblende, aegirin, epidot, staurolit, hematit, pirit, molibdenit dan kalkopirit. Beberapa mineral berat lainnya yang dikenal membawa logam ekonomis seperti kasiterit (Sn), monasit (Th, REE) dan alanit (REE) dijumpai di beberapa tempat seperti Sambas dan Bengkayang, yang menunjukkan adanya potensi endapan logam timah, Th dan REE.

Kegunaan REE
Beberapa contoh mengenai penggunaan REE dalam kehidupan manusia modern masa kini diantaranya yaitu REE dimanfaatkan dalam industri teknologi tinggi seperti sebagai katalis dalam proses pengolahan minyak; ditambahkan kecermin karena dapat berfungsi baik untuk memanipulasi refractive index; dalam industri metalurgi REE digunakan dalam proses penggabungan alloys dari alumunium, besi atau baja untuk memperkuatnya; untuk industri phosphorus REE digunakan untuk pengaplikasian dalam membuat cahaya yang berwarna. REE utamanya dalam jumlah kecil relatif terhadap elemen lain memiliki ciri khas magnetis yang membuat penggunaannya sangat efektif dan efisien dalam produk-produk yang membutuhkan daya magnet yang kuat, contohnya material dari campuran samarium-cobalt dan juga campuran dari neodymium-iron-boron adalah magnet terkuat di dunia.

Secara praktis, penggunaan elemen-elemen ini bervariasi sebagai bagian dari material pembentuk komponen produk konsumsi untuk masyarakat luas seperti pengeras suara, kamera, telepon genggam, monitor, komputer, mesin pesawat terbang, mesin x-ray, baterai isi ulang, sampai peralatan penunjang kekuatan militer seperti besi baja kualitas tinggi, bahkan juga sistem kontrol rudal penjelajah, laser pendeteksi, sonar, dan radar, sehingga industri-industri modern masa kini dan terlebih lagi, sistem keamanan di banyak negara, bergantung pada ketersediaan REE.


http://www.baloary.blogspot.com/
Indikasi Keterdapatan REE di Kecamatan Capkala

Sumber Referensi :

REE, Logam Kecil Untuk Teknologi Canggih, 2015, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.

Eksplorasi Umum REE Di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, 2015, Oleh Kisman dan Bambang Nugroho, Kelompok Program Penelitian Mineral Logam, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.

Komposisi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir Kuarsa Di Kalimantan Barat Berdasarkan Studi Kasus Di Daerah Singkawang Dan Sekitarnya, Oleh Lucas Donny Setijadji, Nur Rochman Nabawi, dan I Wayan Warmada, Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014.


Blog Indonesia Mining Exploration, Logam Tanah Jarang : Kekayaan SDA Yang Terabaikan.Pembentukan REE

Tuesday, June 21, 2016

Endapan Bijih Tembaga Porfiri

Tembaga   adalah  jenis  logam  dengan   formula   (Cu),   mempunyai  sifaf mudah  dipipihkan  dan   dilengkungkan  (ductile dan maliable), kekerasannya 2,5 - 3 skala  Mohs,  berat jenisnya 8,8 - 8,9, berwarna merah tembaga,  warna   goresan metalik, merupakan konduktor yang sempurna.

http://www.baloary.blogspot.com/
Batuan yang mengandung kalkopirit
Mineral  tembaga  antara  lain : tembaga  alam (native  cooper,  Cu),  kalkopirit (Cu FeS2),  bornit  (Cu2FeS4),  kalkosit  (CuS2),  kovelit  (CuS),  enargit   (CuAsS4), tetrahidrit (CuSb2S7), tenantit (Cu3Sb2S7),  cuprit  (Cu2S), tenorit  (CuO),  malakhit  (CuCO3Cu(OH)2), azurit (2CuCO3Cu(OH)2), krisokola (CuSiO3H2O), antlerit   (Cu3SO4(OH)4),  brokliantit  (CuSO4(OH)6) dan atakannit (CuCO2 3Cu(OH)3).

Bijih  tembaga  terdapat  sebagi  cebakan-cebakan  dalam berbagai macam tipe batuan yaitu : batuan beku, batuan sedimen   dan  batuan malihan (metamorf). Hampir sebagian  besar  cebakan  tembaga  terjadi  dari  larutan   hidrothermal, dengan  tipe  alih tempat  (replacement)  dan  pengisian  rongga  (cavity filling).

Bijih  tembaga  berkadar tinggi (>6%)  biasanya  dilebur langsung  tanpa pengolahan terlebih  dahulu.  Kebanyakan  bijih tembaga sulfida dikonsentrasi dan  dipisahkan dari  batuan gang (gangue) dengan cara flotasi.  Bijih  tembaga  oksida, silikat  dan  karbonat  biasanya dikerjakan dengan cara pelindian (leaching).

Tembaga di Daerah Kabupaten Bengkayang ditemukan berasosiasi dengan emas yang berbentuk urat kuarsa atau urat barik-barik (stockwork) dan tipe pengisian (cavity filling) merupakan tipe epitermal. Selain itu tembaga juga dapat hadir berasosiasi dengan Molibdenit (Mo) sebagai tipe porfiri. Tempat ditemukan : Ledo (S. Ledo) kadar Cu 39 g/t, Pb : 32 g/t, Zn 131 g/t, Baguruh (kadar Cu 0,01%, Au 0,2 g/t, Mo 0,01%, Selakean (Cu 0,17%, Au 2,2- 26 g/t).

Dibeberapa tempat lainnya hadir sebagai urat kuarsa mengandung kalkopirit, malakit, bornit, kovelit berasosiasi dengan galena, sfalerit yang terdapat di daerah Tiga Desa, G. Bawang, G. Hang Mui San dan Tanyan Goa Boma - Monterado.

Tembaga  dipergunakan  dalam  perkakas  listrik,  mobil, berbagai   macam  kabel  alat  radio,  lemari  es,   air  condition, telephone, telegraf, amunisi, kapal  terbang, peluru  kendali,  campuran logam  (perunggu,  kuningan). Industri  kimia, bahan celup, rayon, alat rumah  tangga, bangunan dan dekorasi.

Artikel yang berhubungan :
Cebakan Emas Primer
Inventarisasi Keterdapatan Sumber Daya Mineral di Kecamatan teriak Kabupaten Bengkayang
Potensi Sumber Daya Mineral

Monday, June 13, 2016

Komoditas Tambang Mangan

Komoditas tambang mangan adalah campuran logam besi yang sangat penting bukan saja untuk membuat baja mangan (Ferromangan Steel) tetapi juga untuk baja karbon mangan. Hampir 95% mangan dimanfaatkan untuk keperluan metalurgi dan hanya sebagian kecil untuk campuran logam dan “bronze”.

http://baloary.blogspot.co.id/
Komoditas Tambang Mangan
Bahan galian mangan yang bersifat komersil adalah pirolusit, psilomelan, manganit, hausmanit, rhodokrosit, rhodonit, braunit, dan bementil.

Keterdapatan komoditas tambang mangan di Kabupaten Bengkayang ditemukan di Daerah Jelatok Desa Seren Selimbau Kecamatan Lumar. Jarak tempuh dari Ibukota Kabupaten menuju kesampaian lokasi sekitar 30 km dengan waktu tempuh ± 1 jam.

Ciri-ciri dan sifat komoditas tambang mangan yang ditemukan yaitu melensa, terdapat pada batuan Formasi Banan (Rub) yang terdiri dari batulanau, tufa, batupasir tufaan, dan pada batuan dasit bawang (Teb), dimana mangan berasal dari batuan yang kaya akan mineral kuarsa (porfiri kuarsa).

Mineralisasi mangan berkembang dan membentuk “gang” urat-urat pada batuan tufa sedang pada batulanau dan dasit hanya mengisi antar breksi (breksi filling) atau sekitar kontak batuan yang terterobos, berasosiasi dengan kuarsa dan pirit. Pada Formasi Sungai Betung (Jls) ada indikasi mineralisasi mangan namun sangat kecil sekali.

Bentuk mangan di daerah ini sangat bervariasi baik warna maupun jenisnya. Mangan yang terdapat pada urat atau retas masih dalam keadaan segar (fresh) dan belum mengalami pelapukan pada umumnya berwarna merah (rhodonit), hitam berstruktur batang dan serabut (manganit), atau merupakan percampuran antara yang berwarna merah dengan yang berwarna hitam atau kecoklatan. Mangan berbentuk urat yang telah mengalami pelapukan (oksidasi) kuat, akan berbentuk komponen-komponen bongkah diantara soil hasil pelapukan material lainnya, berwarna hitam dengan goresan coklat gelap (psilomelan), kadang kala berbentuk butir massif, berwarna sangat hitam rapuh, dengan warna goresan hitam (pirolusif), bercampur dengan soil yang berwarna merah coklat.

Pada daerah oksidasi yang kuat ini mutu/kualitas mangan ini sangat baik. Hal ini menandakan bahwa pelapukan akan meningkatkan mutu dari mangan, karena pelapukan sifatnya mengoksidasi,sedangkan mangan stabil dalam bentuk oksida (pirolusit, psilomelan) dibanding dalam bentuk silikat (rhodonit, braunit) dan karbonat (rhodokrosit) dan sisa-sisa unsur selain mangan oksida akan membentuk tanah (soil).

Sehingga dalam “ore body” lapukan mangan yang belum terganggu (undistrub) atau “transported mangan” akan merupakan komponen-komponen dalam soil. Hal tersebut diatas akan mempermudah dalam eksplorasi permukaan di daerah pelapukan untuk melokalisir daerah sebaran “ore body” insitu dibandingkan dengan kumpulan bongkah mangan transported.

Mineralisasi di daerah breksiasi apabila batuan induk rapuh, dan reaktif seperti tufa, maka akan terjadi kontaminasi, asimilasi dan percampuran dengan material batuan induk yang mana hal ini akan menurunkan mutu dari mangan, tapi apabila batuan induk itu sifatnya keras dan tak reaktif seperti batupasir, batulanau atau batuan beku, maka mineralisasi mangan hanya akan mengisi antar breksi saja, bahkan “cleavage” atau rekahan dari batuan induk tersebut hanya diisi oleh mineral pirit dan mineral silika sekunder tanpa mampu diisi oleh mangan. Apabila badan breksiasi bermangan itu lapuk, maka pada soilnya akan ditemukan kerikil-kerikil dari oksida mangan dan komponen batuan terkesikan yang berasal dari komponen breksi yang terbungkus oleh mangan pada waktu terjadi pengisian mineralisasi mangan (pengisian antar breksi).

http://baloary.blogspot.co.id/
Keterdapatan Mangan di Daerah Jelatok 

Berikut ini manfaat dan kegunaan komoditas tambang mangan:
1. Sekitar 95% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja;
2. Penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain;
3.  Sebagai depolarizer;
4.  Sebagai sel kering baterai;
5.  Untuk menghilangkan warna hijau pada gelas;
6.  Bahan dasar industri baterai;
7.  Bahan dasar indutri korek api.

Sebaran mangan di Kecamatan Lumar Desa Seren Selimbau terdapat di Daerah Jelatok Bukit Sansan  (kadar Mn 33,80-42,28%, MnO2 51,18%-60,19%); Bukit Tansan (kadar Mn 25,02-32,97% , MnO2 37,07-48,43%); Bukit Sekere (kadar Mn 22,99-49,30% , MnO2 21,09-72,66%) dengan perhitungan sumber daya hipotetik sebesar 796.875 ton bijih Mn dengan luas sebaran ± 135 hektar.

Hingga saat ini tahapan eksplorasi lanjutan belum dapat dilakukan, dikarenakan sebagian wilayah keterdapatan komoditas tambang mangan masuk ke dalam kawasan hutan produksi.

Sumber Referensi:
1. Suwarna, N., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
2. Rusmana, E. dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Sambas/Siluas, Kalimantan, Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
3.  PT. Katingan Sumber Mineral, Tahun 2008, Laporan Eksplorasi Kuasa Pertambangan di Kabupaten Bengkayang.
4.  Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bengkayang, Tahun 2010, Penelitian dan Pendataan Potensi Tambang.

Sunday, June 12, 2016

Cebakan Emas Primer

Artikel ini merupakan gambaran geologi regional keterdapatan cebakan emas primer di Kabupaten Bengkayang dan sebagai sumber utama pengayaan endapan emas alluvial yang dijumpai di beberapa tempat.

Cebakan emas primer ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal.

Baca artikel terkait : Tinjauan Geologi Regional

Berdasarkan beberapa penyelidik terdahulu batuan alas di Kalimantan Barat tersusun oleh litologi batuan beku meta, sediment meta, granit dan batuan mafik/ultra mafik. Batuan alas berumur Pra Tersier yang telah mengalami deformasi tekanan dan pemalihan, pada orogenesa Kapur-Tersier diterobos dan ditutupi oleh batuan gunung api dan subvulkanik berkomposisi menengah sampai mafik.

Batuan ofiolit dan sediment samudra dari Komplek Mafik Danau dan Kapuas Terdeformasi ke dalam suatu baji akresi berumur Kapur Awal selama penunjaman ke arah selatan di bawah benua yang sekarang diwakili oleh sebagian besar Kalimantan dan sekitar Paparan Sunda.  Penunjaman yang diikuti oleh pembentukan sebuah busur magmatis tepian benua yang besar dan sisanya terawetkan sebagai Batolit Schwaner dan batolit lainnya (Amiruddin, 1989).

Pembentukan sebagian besar cekungan turbidit terjadi pada jaman Kapur Akhir, batuan sedimen ini kemudian diterobos oleh granit mengandung bijih timah yang berumur Kapur. Batuan gunungapi felsik yang berumur Eosen Tengah terbentuk pada dasar cekungan tanah muka di selatan jalur lipatan Kapuas, dengan penyebaran yang sangat luas.

Pembentukan cekungan-cekungan antara gunung seperti yang dikenal sebagai Cekungan Melawi, Mandai dan Ketungau terjadi kala Eosen Akhir-Oligosen. Pada Oligosen-Miosen, cekungan tanah muka mengalami pengangkatan yang disertai oleh pembentukan batuan terobosan yang dikenal sebagai terobosan Sintang Dasitik yang disertai oleh pembentukan endapan emas, logam dasar dan air raksa.

Sistem busur tersebut sebagian besar terdapat di Busur Magmatik Kalimantan Tengah, Busur Magmatik Paparan Sunda dan Busur Magmatik Schwaner. Pada umumnya formasi batuan yang merupakan tempat kedudukan mineralisasi logam (host rock) adalah batuan vulkanik. Namum demikian dibeberapa tempat mineralisasi tersebut juga dapat terbentuk dalam lingkungan batuan sedimen seperti endapan tipe skarn.

Keterdapatan cebakan emas primer di Kabupaten Bengkayang yaitu di G. Selakean, G. Pandan (kadar Au 170 g/t, Ag 156 g/t, Cu 8,16%), Serantak sumber daya terukur 813.114 ton, kadar Au 2,264 gr/m3), Sintoro (kadar Au 0,2-0,7 gr/t)  dan Sekarem (kadar Au bijih 110 gr/t, Au urat 64 gr/t). Di daerah Lumar dan Ledo, emas primer hadir bersama emas sekunder dengan kadar 1,77-2,8 gr/t.

http://baloary.blogspot.co.id/
Gua Sintoro di Kecamatan Lumar Eks. Tambang Bawah Tanah Penjajahan Belanda 

Beberapa artikel yang berhubungan :

Sumber Referensi :
1.     JICA (Japan International Cooperation Agency), 1982. Report On Geological Survey of West Kalimantan, consolidated report, Ministry of Mines and Energy, Republic of Indonesia and Metal Mining Agency of Japan.
2.   Suwarna, N., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
3.  Amirudin, 2000, Characteristics of Cretaceous Singkawang and Triassic Sanggau Batholiths West Kalimantan, Journal Geol. Dan Sumberdaya Mineral, Vol. X, No. 103, April 2000.DJGSM.
4.   Nursahan, Iwan, dkk., 2004; Laporan Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Logam di Daerah Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.


Thursday, June 9, 2016

Emas Aluvial

Postingan ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya tentang Potensi Sumber Daya Mineral dan Prospek Bahan Galian Industri Ballclay yang terdapat di wilayah Kabupaten Bengkayang, bersumber dari hasil pengamatan di lapangan dan rangkuman beberapa hasil penyelidikan prospek bahan galian oleh Pusat Sumber Daya Geologi.

Materi yang akan dibahas pada kesempatan kali ini tentang keterdapatan emas aluvial serta kegiatan penambangannya.

Sebaran endapan emas aluvial dijumpai di sepanjang aliran  main steam S. Raya, mulai dari Desa Siaga, Desa Monterado, dan Desa Goaboma Kecamatan Monterado, melewati sebagian wilayah Desa Capkala Kecamatan Capkala dan bagian utara wilayah Kecamatan Sei Raya Kepulauan.

Hasil pengamatan di lapangan, diperkirakan emas aluvial yang terdapat di daerah Kecamatan Monterado dan sekitarnya berasal dari hasil erosi cebakan bijih emas yang terdapat di G. Hang Muisan yang terletak di bagian hulu S. Raya, dan beberapa penelitian terdahulu menyebutkan di G. Hang Muisan tersebut terdapat indikasi mineralisasi logam emas berupa urat.

Potensi bahan galian terutama emas plaser di wilayah ini telah ditambang sejak abad 18 dan 19 oleh imigran dari Cina, dahulu dikenal dengan Distrik Cina.

Pada kisaran tahun 1990-1996, PT. Monterado Mas Mining, melakukan kegiatan eksploitasi di wilayah ini. Pada akhir tahun 1996, terjadi gejolak dengan masyarakat setempat yang menyebabkan terhentinya kegiatan eksploitasi. Selanjutnya, sejak tahun 1997 sampai sekarang di wilayah endapan aluvial ini dilakukan penambangan tanpa izin (PETI) komoditas emas oleh masyarakat.
 
http://baloary.blogspot.co.id/
Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Monterado

Hasil penyelidikan lapangan Pusat Sumber Daya Geologi (Rudy Gunradi dan Edie Kurnia E) pada areal bekas tambang PT. Monterado Mas Mining dan wilayah PETI di Kecamatan Monterado, sebanyak 90% endapan yang ada berupa tailing umumnya terletak di main steam S. Raya. Hanya sekitar 10% endapan aluvial yang masih insitu, umumnya terletak di hulu-hulu sungai.

Endapan aluvial ini berupa endapan koluvial dan aluvial berupa kerakal, kerikil, pasir dan lempung. Endapan koluvial umumnya terdapat di hulu-hulu sungai, menempati bagian tinggian tersebar dengan ketebalan yang relatif tipis 1- 2 m sedangkan endapan aluvial sungai purba terendapkan sepanjang aliran sungai dan umumnya mempunyai ketebalan yang relatif lebih tebal 2-5 m. Endapan aluvial purba ini ditutupi oleh endapan aluvial sungai muda yang didominasi oleh pasir dan lempung. Luas sebaran aluvial di daerah ini sebesar 3.084 ha.

Dari data tersebut di atas apabila diambil rata-rata ketebalan aluvial di main steam S. Raya tersebut 3 m, jumlah endapan aluvial/tailing sisa pengolahan di main steam S. Raya adalah : 90% x 3.084 Ha x 3 m = 83.268.000 m3. Hasil analisis mineralogi butir konsentrat dari endapan tailing 0-457 mg/m3, dengan kadar rata-rata 51 mg/m3. Perhitungan jumlah sumberdaya tereka endapan tailing di main steam S. Raya sebesar 83.268.000 m3 x 51 mg/m3 = 4.246.668.000 mg atau sebesar 42,4 ton.

Ketebalan endapan aluvial di hulu-hulu S. Raya bervariasi antara 1-2 m. Apabila di ambil rata-rata tebal 1,5 m maka jumlah endapan aluvial di hulu-hulu S. Raya yang belum ditambang sebesar : 10% x 3.084 Ha x 1,5 m = 4.626.000 m3. Hasil analisis mineralogi butir konsentrat endapan aluvial menghasilkan kadar emas dalam berkisar antara 0–424 mg/m3, dengan rata-rata 136 mg/m3. Dari data tersebut diperkirakan jumlah sumberdaya tereka emas aluvial yang masih tersisa di hulu-hulu S. Raya sebesar : 4.626.000 m3 x 136 mg/m3 = 629.136.000 mg atau 6,29 ton.

Potensi mineral ikutan lainnya yang terdapat bersamaan dengan emas aluvial, memiliki prospek untuk dikembangkan dan sampai saat ini belum dimanfaatkan adalah Endapan Zircon.

Sumber Referensi :
1. Evaluasi Potensi Bahan Galian Pada Bekas Tambang dan Wilayah PETI di Daerah Monterado, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat oleh Rudy Gunradi dan Edie Kurnia E, Pusat Sumber Daya Geologi.
2. Eksplorasi Umum Endapan Ballclay di Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat Oleh Zulfikar, Sodik Kaelani, dan Djadja Turdjaja, Pusat Sumber Daya Geologi.
3. Penelitian dan Pendataan Potensi Tambang, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. 

Tuesday, June 7, 2016

4 Tipe Endapan Bijih Besi

Besi dengan simbol Fe merupakan unsur yang melimpah di bumi. Beberapa pendapat para ahli menyebutkan kandungan inti bumi sebahagian besar terdiri dari perpaduan unsur besi dan nikel.

Unsur besi di alam ditemukan dalam bentuk mineral  : magnetit (Fe3O4) mengandung lebih dari 72.40% unsur besi, hematit (Fe2O3) mengandung 70% besi, geothit atau limonit (HFeO2) mengandung 62.90% besi, dan siderit (FeCO3) mengandung 48.20% besi. Proses terbentuknya di alam dijumpai dalam bentuk bijih besi primer dan endapan sekunder.

Besi mempunyai sifat yang sangat kuat karena kemampuannya berada di dalam lebih dari satu keadaan oxidasi, yaitu ferric (trivalent), ferrous (bivalent), dan dalam keadaan metallic (valensi nol).

Pada kesempatan ini saya akan berbagi pengetahuan yang saya ketahui hasil rangkuman dari berbagai sumber para peneliti tentang tipe dan ciri-ciri endapan bijih besi.

Menurut Padmanegara (1983), terdapat empat jenis tipe endapan mineral/bijih besi terpenting yang terdapat di Indonesia yaitu: (1) endapan skarn/metasomatik kontak, (2) endapan placer, (3) endapan lateritik, dan (4) endapan sedimen.

1.  Endapan Skarn (Metasomatik Kontak)
Bijih tipe ini dapat terbentuk akibat proses kontak metasomatik yaitu larutan magma berkompisisi sedang, basa, atau ultra basa yang naik kepermukaan dalam peristiwa intrusi atau ekstrusi dapat bereaksi dengan batuan sekitarnya, terutama dengan batuan kapuran (tipe ekso-skarn atau kalsik eksoskarn). Disini akan terbentuk mineral-mineral skarn seperti garnet, epidot, dan jika yang terbentuk adalah mineral-mineral magnetit dan hematit sebagai mineral utama maka dapat menjadi bijih besi. Di Indonesia, bijih besi tipe ini biasanya terdapat di sekitar daerah kontak batuan intrusi berkomposisi sedang sampai basa seperti diorit, granidiorit, dan gabro atau basalt dengan formasi batuan sedimen atau vulkanis yang mengandung lapisan-lapisan atau lensa-lensa batuan gampingan atau batuan yang bersifat gampingan. Dalam proses ini, selain temperatur, magma juga ikut memegang peranan dalam menambahkan langsung beberapa unsur pada batuan sekitarnya, sehingga endapan ini tidak mungkin terdapat jauh dari batuan intrusi kecuali bila telah mengalami proses desintegrasi dan transportasi sebagaimana halnya pada endapan eluvial dan diluvial.

Ciri-ciri tipe endapan ini antara lain:
(1) Endapan bijih besi ini dapat berbentuk lensa, berupa sarang (nest-shaped) atau lapisan-lapisan yang kompleks pada batuan kontak;
(2)   Berupa endapan masif yang terutama terdiri dari magnetit dan hematit. Selain oksida besi, juga sering mengandung mineral sulfida seperti pirit dan kalkopirit, disamping mineral skarn seperti garnet, piroksen, aktinolit, sillimanit, dan epidot;
(3)   Akibat proses desintegrasi dan transportasi, endapan tipe ini sering terdapat dalam bentuk eluvial atau diluvial, yaitu berupa onggokan bongkah-bongkah batuan berbagai ukuran dengan komposisi mineralnya yang utama masih tetap berupa magnetit dan hematit. Onggokan batuan ini biasanya tidak jauh letaknya dari tempat asalnya yaitu daerah kontak;
(4)   Kadar Fe bijih tipe ini berkisar sekitar 50-70%;
(5)   Kadar Ni atau Cr dapat diabaikan;
(6)  Karena sering berasosiasi dengan mineral sulfida, terkadang berkadar Cu atau Zn agak tinggi (± 1%);
(7)   Kadar belerang kadang-kadang agak tinggi, mendekati 1%;
(8)   Kadar TiO2 biasanya dibawah 0,5%.

Tipe endapan ini banyak terdapat di Indonesia, terutama di Sumatera dan Kalimantan, tetapi cadangannya kecil (<1juta ton). Endapan terbesar yang pernah ditemukan dan dieksplorasi terdapat di Gunung Tanalang, Kalsel, dengan cadangan 5 juta ton.

2.     Endapan Placer
Tipe endapan ini terbentuk oleh proses pelapukan, desitegrasi, dan pengumpulan secara mekanik. Hasilnya adalah endapan fragmen mineral dan batuan yang seringkali disebut mineral/batuan rombakan. Tipe ini dikenal sebagai placer pantai (beach placer) dan placer aluvium (alluvial placer). Karena melalui proses mekanik, maka kemurnian fragmen mineral rombakan dipengaruhi oleh intensitas liberasi selama proses tersebut.
Tipe mineral/bijih placer pantai yang telah diselidiki secara terperinci antara lain yang terdapat dalam endapan pasir besi bertitan sepanjang pantai Daerah Istimewa Yogyakarta. Mineral utamanya titanomagnetit, dengan warna, kilap logam dan goresannya adalah abu kehitaman. Berat jenisnya 5,0-6,5, dengan kadar TiO2 dalam titanomagnetit berkisar antara 7-12%. Kristal ilmenit (FeTiO3) dan magnetit (Fe3O4) tumbuh bersama (intergrowth) dan berkaitan sangat kuat.

Pada umumnya, contoh pasir besi bertitan Yogyakarta menunjukkan variasi besar butiran yang tidak mencolok sepanjang lintasan lateral, akan tetapi variasi besar butiran sangat mencolok ke arah dalam. Makin ke dalam butiran fragmen semakin kasar dan fragmen titanomagnetit semakin berkurang. Demikian pula liberasi butiran fragmen, makin kedalam semakin kurang baik sehingga makin banyak fragmen titanomagnetit yang masih terikat oleh fragmen batuan (silikat). Hal ini pula yang menyebabkan kadar besi yang terlarut asam menurun sangat tajam.

Endapan pasir bertitan Yogyakarta mengandung fragmen feldspar, plagioklas, klinopiroksen, titanomagnetit, hematit, olivin, kuarsa, amfibol, mika, dan fragmen batuan. Semua ini berasal dari batuan piroklastika dan efusifa yang berkomposisi andesit dan basalt. Besar butiran fragmen endapan pasir besi bertitan berkisar antara 1,2-0,053 mm. Butiran fragmen + 1,2 mm bervariasi dalam tiga lapisan, pada lapisan atas sebanyak 1%, lapisan tengah 8%, dan lapisan bawah 12%. Sedangkan pada fragmen – 0,053 mm jumlahnya kurang dari 3% di semua lapisan. Besar butiran fragmen titanomagnetit yang terliberasi oleh kegiatan gelombang laut berkisar antara 0,21-0,105 mm. Kenaikan besar butiran fragmen menunjukkan penurunan berat jenisnya. Bagian titanomagnetit yang masih menjadi satu dengan batuan (silikat) berada dalam tiga lapisan. Bagian paling bawah dari lapisan atas mengandung 35-55% dan bagian paling atas dari lapisan bawah mengandung 65-85%.

Pasir bertitan Yogyakarta mempunyai tingkat kemagnetan (MD-magnetic degree) kurang dari 20% (MD= persentase beral mineral-mineral yang tertarik oleh magnet 300 Gauss). Dalam proses pemurnian, biasanya fragmen titanomagnetik digerus dan terliberasi sampai lolos saringan 0,05-0,10 mm, akan tetapi sebagian masih belum terliberasi dengan baik, bahkan paduan ilmenit-magnetit masih belum terpisahkan.
Kualitas endapan pasir besi bertitan dapat dibagi menjadi dua golongan, dengan komposisi sebagai berikut: (1) oksidasi besi yang terliberasi dari silikat dan mengandung besi terlarut asam lebih dari 60%, dan (2) komposit silikat besi dengan besi terlarut asam ± 5%.

3.     Endapan Laterit
Tipe endapan ini merupakan endapan residu dari proses pelapukan, dekomposisi, dan pengumpulan kimia. Tipe ini tidak lazim disebut endapan mineral/batuan rombakan. Karena melalui proses kimia, maka keterjadiannya berkaitan dengan pelarutan dan pengendapan yang sesuai dengan keadaan dan situasi setempat, yakni jenis batuan induk dan lingkungan fisika-kimia. Lingkungan yang baik untuk proses lateritisasi adalah: (1) iklim tropis-basah, (2) topografi yang relatif tidak curam, dan (3) waktu proses lateritisasi yang cukup lama.

Endapan mineral/bijih laterit umumnya terjadi pada batuan induk ultramafik (ofiolit). Unsur besi bivalen dilepaskan oleh pelapukan secara kimia terhadap batuan ultramafik yang sudah teroksidasi menjadi besi trivalen dan kemudian diendapkan dalam laterit. Dalam keadaan reduksi (dalam hutan lebat), unsur besi feri berubah menjadi fero dan berupa larutan yang bergerak sampai menemui lingkungan yang teroksidasi, kemudian unsur besi tersebut berubah lagi menjadi feri dan terendapkan di lingkungan tersebut pada permukaan air tanah, selanjutnya konkresi limonit (2Fe2O3.3H2O) terjadi dalam lingkungan tersebut. Karena oksida besi yang mempunyai berat jenis lebih besar mengalami dehidrasi, maka hematit dan magnetit terjadi mendekati permukaan. Hematit terkumpul kearah permukaan, sedangkan magnetit cenderung kearah zona yang lebih dalam. Hematit yang relatif lebih stabil dalam lingkungan pH (5,5-8), maka endapannya dapat berkembang menjadi “kerak hematit yang keras” atau iron-cap. Mineral besi, mineral nikel dan krom diendapkan sebagai residu dalam laterit. Mineral besi yang berupa konkresi limonit bersifat belahan konkoidal disebut goetit.

Di Indonesia, tipe endapan ini terdapat dalam jumlah yang besar (ratusan juta ton), terutama di Kalimantan dan Sulawesi Tenggara.

4.     Endapan Sedimen
Endapan tipe ini terbentuk berkaitan dengan proses sedimentasi yaitu proses kimia yang memegang peranan utama dalam proses pengendapannya. Ada pula yang menjadi penyebabnya adalah proses desintegrasi mekanik, seperti yang terjadi pada sebagian endapan bijih besi disekitar bijih besi tipe lateritik. Endapan jenis “bog-iron” terbentuk bila larutan yang mengandung besi terkumpul dalam suatu cekungan atau basin, dan oleh proses kimia atau akibat pekerjaan bakteri terbentuklah endapan bijih besi. Dalam kelompok ini termasuk juga endapan bijih besi yang dihasilkan oleh sumber air panas (endapan sinter).

Ciri-ciri tipe endapan ini:
(1)   Karena berasosiasi dengan endapan sedimen, tekstur atau strukur perlapisan dan laminasi dapat terlihat jelas;
(2)   Dapat berupa perlapisan yang kompak atau massif dan dapat berupa breksi atau konglomerat, sering mengandung bongkah-bongkah atau kerikil peridotit atau serpentinit;
(3) Komposisi mineral besinya bervariasi, ada yang berupa karbonat, silikat besi, magnetit, dan hematite;
(4)    Kadar Fe berkisar antara 40 - 60 %;
(5)  Mengandung kadar Ni dan Cr yang lebih rendah dari tipe lateritik yaitu rata-rata 0,41% Ni dan 2,1 % Cr2O3, khususnya yang berasal dari bijih besi laterit;
(6)    Kadar Al lebih rendah dari tipe bijih lateritik, yaitu sekitar 7%;
(7)   Bijih besi “bog-iron”, sering mengandung kadar belerang dan mangan yang tinggi, sedang yang berasal dari air panas dapat mengandung belerang yang relatif lebih tinggi;
(8)    Karena sering adanya perlapisan pemisah diantara lapisan bijih besi, kasar Fe dan unsur-unsur lain yang dikandungnya dapat bervariasi secara lateral maupun vertikal.

Artikel komoditas mineral logam lainnya : Penambangan Galena dan Bauksit.

Endapan bijih besi sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi yang berkembang, litologi batuan induk, maupun karakteristik suatu wilayah. Tentunya masih banyak hasil penemuan baru yang belum dapat saya ketahui. Saya mengharapkan adanya sumber referensi dari berbagai kalangan maupun para peneliti, sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih dalam lagi terkait endapan bijih besi potensial yang mungkin layak untuk dikembangkan dikemudian hari.


Sumber referensi: Artikel Endapan Bijih Besi, oleh Syahya Sudarya, Pusat Sumber Daya Geologi Bandung.

Tuesday, May 31, 2016

Penambangan Galena

Sifat dan Jenis Galena
Galena (PbS) dikenal juga sebagai Timah Hitam. Keterdapatan galena di alam berasosiasi dengan mineral-mineral sulfida seperti sphalerit, pirit, dan kalkopirit. Pada kondisi tertentu terkadang galena dijumpai bersama-sama dengan tembaga, perak dan emas, dimana galena membentuk jalur pada urat-urat kuarsa atau pada batuan-batuan yang teralterasi sangat kuat pada batuan vulkanik.

Pada umumnya mineral galena berwarna abu-abu kehitaman, memiliki sistem kristal isometric hexoctahedral, mempunyai belahan sempurna, pecahan brittle, kekerasan 2.5 – 2.75 skala mosh, berat jenis 7.2 – 7.6, kilap logam, derajat kemurnian tembus cahaya, dan bersifat nonmagnetic.

Yang termasuk kedalam kelompok galena terdiri dari mineral yang sama dan memiliki struktur isometric kimia, yaitu :
1.  Alabandite (Mangan Sulfida);
2.  Altaite (Lead Telluride);
3.  Borovskite (Palladium Antimony Telluride); dan
4.  Clausthalite (Lead Selenide).

Sedangkan jenis-jenis galena yang dikenal antara lain :
1.  Argentiferous Galena, yaitu assosiasi antara galena dan perak;
2.  Auriferous Galena, yaitu assoisasi antara galena dan emas;
3.  Jhonstonite (dari Haidinger), yaitu assosiasi antara galena, anglesite dan atau sulfur;
4.  Plumbein, yaitu galena pseudomorphs setelah pyromorphite.

Keterdapatan Galena di Kabupaten Bengkayang
Mineral galena yang banyak digunakan pada industri pengolahan besi dan baja ini, dijumpai di Daerah Goaboma Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang yang terbentuk pada urat-urat kuarsa pada batuan beku vulkanik. Dan pada batuan yang mengandung galena tersebut juga ditemukan mineral pirit, kalkopirit, dan emas.

Kegiatan Penambangan
Potensi galena di daerah Goaboma Kecamatan Monterado telah dilakukan penambangan oleh PT. Tunas Alaska dan PT. Inti Murni dengan membuat suatu jalur tambang bawah tanah (terowongan), dan hingga saat ini belum mencapai target yang diharapkan.
 
http://baloary.blogspot.com/
Hasil Penambangan Galena di Daerah Goaboma


Seiring dengan diberlakukannya peningkatkan nilai tambah produksi mineral dan larangan ekspor raw materials oleh pemerintah, untuk sementara kegiatan penambangan ini dihentikan oleh pihak perusahaan selaku Pemegang IUP.

Sebagai bahan referensi lainnya dapat dilihat pada Potensi Sumber Daya Mineral dan tinjauan geologi regional.

Sumber :
1.  Laporan Evaluasi Kegiatan Usaha Pertambangan Tahun 2012, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bengkayang;
2.  https://en.wikipedia.org/wiki/Galena; 

3.  http://documents.tips/documents/bahan-galian-galena.html.