Pembentukan REE
Beberapa tahun terakhir pada kegiatan penyelidikan
mineral logam sering dibicarakan tentang Rare Earth Element (REE) atau Logam
Tanah Jarang (LTJ) yang memiliki prospek untuk dikembangkan. Apa itu REE atau
LJT?
Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah
Jarang (LTJ) merupakan jenis logam yang keterdapatanya di alam tidak secara
tunggal dalam sebaran dengan jumlah besar, tetapi ditemukan dalam jumlah kecil
sebagai ikutan. Pada umumnya selalu hadir menyatu bersama mineral lain. Jenis
logam tanah jarang ini terdiri dari 17 unsur logam yaitu Scandium (Sc), Yttrium
(Y), Lanthanum (La), Cerium (Ce), Praseodymium (Pr), Neodymium (Nd), Promethium
(Pm), Samarium (Sm), Europium (Eu), Gadolinium (Gd), Terbium (Tb), Dysprosium
(Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Thulium (Tm), Ytterbium (Yb), dan Lutetium
(Lu).
Pembentukan Rare Earth Element (REE) atau
Logam Tanah Jarang (LTJ) berasal dari sisa larutan magma yang mengandung
gas-gas berunsur logam (pneumatolisis) pada batuan granit berkomposisi tertentu
berumur Trias-Jura (sekitar 200 juta tahun lalu) yang menerobos batuan
metasedimen metamorf berumur Permo-Karbon (sekitar 300 juta tahun lalu).
Gas-gas yang mengandung unsur logam ini dapat pula terbentuk pada batuan yang
diterobos itu sendiri. Selanjutnya, dengan kondisi sedemikian rupa, gas-gas
tersebut tidak mudah lolos ke luar dan masih tertahan di bawah penudung
(penutup) batuan metasedimen-metamorf berumur Permo-Karbon, membentuk endapan
timah pada bagian atas (cupola) tubuh granit itu sendiri.
Dalam keadaan ini, timah terendapkan
bersamaan dengan mineral-mineral yang mengandung Rare Earth Element (REE) atau
Logam Tanah Jarang (LTJ) sebagai inklusi (pengotor) dalam granit yang sama.
Mineral yang mengandung Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ)
ini adalah monasit, zircon dan xenotim. Dengan posisi morfologi ketinggian
tertentu, proses pelapukan berlangsung sehingga granit yang mengandung timah
dan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) itu tersingkap.
Selanjutnya, terjadi pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bagian endapan
primer dari granit itu di lereng hingga jauh ke lembah-lembah dan bermuara ke
dasar laut.
Keterdapatan
dan Potensi REE
Berdasarkan penyelidikan selama ini, potensi
REE atau LTJ cukup luas penyebarannya. Salah satu sumber keterdapatan REE atau
LTJ adalah mineral timah yang terdapat sebagi mineral sisa buangan pengolahan
(mineral tailing) timah. Aspek sumber daya REE atau LTJ bila dikaitkan dengan
mineral tailing timah yang umumnya dalam bentuk mineral monasit, xenotim dan
zirkon, yang juga salah satu sumber unsur radioaktif, merupakan sumber daya yang
sangat potensial. Diperkirakan volumenya sangat besar bila dihitung sejak awal
berproduksinya timah di wilayah Bangka-Belitung, yang dimulai sekitar
pertengahan abad 18 hingga sekarang. Cadangan ini sudah termasuk sumber daya
monasit hipotetik di Bangka-Belitung-Kundur-Kampar yang ditafsirkan dari hasil
penyelidikan konservasi Badan Geologi yang mencapai 185.992 ton (Badan Geologi,
2007).
Dengan masih berlangsungnya kegiatan
penambangan timah plaser di Bangka-Belitung dan Singkep-Kundur, baik di darat
maupun di laut, muncul pertanyaan, seberapa besar cadangan REE atau LTJ yang
masih belum/akan ditambang sebagai bakal mineral tailing? Dengan kata lain,
seberapa besar cadangan REE atau LTJ pada endapan plaser yang ada? Berdasarkan
data yang dikompilasi PSDG, Badan Geologi (2012) potensi REE atau LTJ dalam
endapan plaser di wilayah darat untuk Bangka-Belitung tidak cukup besar
dibanding potensinya pada mineral tailing, yaitu diperkirakan sekitar 17.785
ton.
Jadi, berdasarkan
data hingga saat ini, total REE atau LTJ sebagai produk sampingan dari tambang
timah plaser dan endapan plaser yang ada adalah 760.620 ton (742.835 ton +
17.785 ton). Sementara itu, dari tiga kali tahap penyelidikan yang dilakukan di
Daerah Parmonangan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, telah dianalisis seanyak 15
unsur tanah jarang. Hasilnya, diperoleh nilai kandungan REE atau LTJ yang cukup
penting, yang ditunjukkan oleh Ce sebesar 600 ppm hingga 1400 ppm, La (400 ppm
– 1000 ppm), dan Pr (600 ppm – 1400 ppm). Ada pun kandungan unsur REE atau LTJ
lainnya umumnya kurang dari 100 ppm. Hasil perhitungan sumber daya hipotetis
REE atau LTJ di Tapanuli Utara tersebut berkisar 8.852 ton hingga 20.803 ton
atau 14.827 ton bila dirata-ratakan. Dengan demikian, bila dijumlahkan dengan
hasil perhitungan sebelumnya, diperoleh bahwa total angka sumber daya REE atau
LTJ Indonesia mencapai 775.447 ton.
Penyelidikan yang dilakukan Badan Geologi
dalam kurun waktu lima tahun terakhir telah menemukan indikasi jenis endapan Rare
Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) lainnya. Diantaranya, jenis
pelapukan residual diatas batuan beku asam (granit) kurang lebih mirip dengan
endapan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) yang ditambang
di Jiangxi, Cina, dimana ahli geologi disana menyebutnya jenis ”ion
adsorption-type”. Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ)
melapuk sempurna dan hampir semua Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah
Jarang (LTJ) terkonsentrasi berupa lapisan lempung pada kerak lapukan. Jika
mengacu kepada hasil penyelidikan Badan Geologi tahun 2009-2010 di Daerah
Parmonangan Tapanuli Utara, Sumatera Utara, proses pelapukannya berlangsung
diatas batuan beku asam yang penyebarannya cukup luas dan dikenal sebagai
Granit Sibolga yang sudah tersingkap.
Upaya pengembangan untuk menemukan sumber-sumber
baru terus dilakukan oleh Badan Geologi bekerjasama dengan PT. Aneka Tambang,
Tbk, yang kemudian ditemukan indikasi jenis endapan laterit di Kalimantan
Barat. Dalam hal ini pembentukan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah
Jarang (LTJ) mengikuti proses lateritisasi (pembentukan laterit) sebagaimana
berlaku untuk endapan bauksit dan nikel. Laterisasi pada batuan granit,
metamorf dan sedimen dalam pembentukan endapan bauksit ini diduga juga
membentuk Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ). Indikasi ini
telah ditemukan pada endapan bauksit di Kalimantan Barat di mana nilai
kandungan Ce yang cukup signifikan dijumpai pada zona dibawah laterit. Tetapi
belum diketahui seberapa besar potensi yang ada didaerah ini, dan masih
diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
Endapan letakan
pasir kuarsa berumur Kuarter di daerah Kalimantan Barat diketahui memiliki
potensi sumber daya logam ekonomis, seperti emas dan zirkon. Beberapa peneliti
terdahulu juga mengindikasikan kehadiran logam lainnya seperti timah. Diantara
semua mineral berat, zirkon secara konsisten hadir dalam jumlah yang cukup
tinggi di berbagai lokasi yang diduga berasal dari hasil erosi batuan granitik
penyusun batholith Singkawang maupun batuan metamorf. Sedangkan mineral berat
lainnya dijumpai berupa rutil, topas, magnetit, hornblende, aegirin, epidot,
staurolit, hematit, pirit, molibdenit dan kalkopirit. Beberapa mineral berat
lainnya yang dikenal membawa logam ekonomis seperti kasiterit (Sn), monasit
(Th, REE) dan alanit (REE) dijumpai di beberapa tempat seperti Sambas dan
Bengkayang, yang menunjukkan adanya potensi endapan logam timah, Th dan REE.
Kegunaan REE
Beberapa contoh mengenai penggunaan REE dalam
kehidupan manusia modern masa kini diantaranya yaitu REE dimanfaatkan dalam
industri teknologi tinggi seperti sebagai katalis dalam proses pengolahan
minyak; ditambahkan kecermin karena dapat berfungsi baik untuk memanipulasi refractive
index; dalam industri metalurgi REE digunakan dalam proses penggabungan alloys
dari alumunium, besi atau baja untuk memperkuatnya; untuk industri phosphorus
REE digunakan untuk pengaplikasian dalam membuat cahaya yang berwarna. REE
utamanya dalam jumlah kecil relatif terhadap elemen lain memiliki ciri khas
magnetis yang membuat penggunaannya sangat efektif dan efisien dalam
produk-produk yang membutuhkan daya magnet yang kuat, contohnya material dari
campuran samarium-cobalt dan juga campuran dari neodymium-iron-boron
adalah magnet terkuat di dunia.
Secara praktis, penggunaan elemen-elemen ini
bervariasi sebagai bagian dari material pembentuk komponen produk konsumsi
untuk masyarakat luas seperti pengeras suara, kamera, telepon genggam, monitor,
komputer, mesin pesawat terbang, mesin x-ray, baterai isi ulang, sampai
peralatan penunjang kekuatan militer seperti besi baja kualitas tinggi, bahkan
juga sistem kontrol rudal penjelajah, laser pendeteksi, sonar, dan radar,
sehingga industri-industri modern masa kini dan terlebih lagi, sistem keamanan
di banyak negara, bergantung pada ketersediaan REE.
Artikel yang
berhubungan : Potensi Sumber Daya Mineral, Endapan Zircon, dan Penyelidikan Sumber Daya Mineral Di Kecamatan Monterado.
Sumber
Referensi :
REE, Logam Kecil Untuk Teknologi Canggih,
2015, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.
Eksplorasi Umum REE Di Kabupaten Ketapang
Provinsi Kalimantan Barat, 2015, Oleh Kisman dan Bambang Nugroho, Kelompok
Program Penelitian Mineral Logam, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.
Komposisi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir
Kuarsa Di Kalimantan Barat Berdasarkan Studi Kasus Di Daerah Singkawang Dan Sekitarnya, Oleh
Lucas Donny Setijadji, Nur Rochman Nabawi, dan I Wayan Warmada, Prosiding
Seminar Nasional Kebumian Ke-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014.
Blog Indonesia Mining Exploration, Logam
Tanah Jarang : Kekayaan SDA Yang Terabaikan.Pembentukan REE