Pages

Tuesday, July 12, 2016

REE : Keterdapatan dan Kegunaannya

Pembentukan REE
Beberapa tahun terakhir pada kegiatan penyelidikan mineral logam sering dibicarakan tentang Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) yang memiliki prospek untuk dikembangkan. Apa itu REE atau LJT?

Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) merupakan jenis logam yang keterdapatanya di alam tidak secara tunggal dalam sebaran dengan jumlah besar, tetapi ditemukan dalam jumlah kecil sebagai ikutan. Pada umumnya selalu hadir menyatu bersama mineral lain. Jenis logam tanah jarang ini terdiri dari 17 unsur logam yaitu Scandium (Sc), Yttrium (Y), Lanthanum (La), Cerium (Ce), Praseodymium (Pr), Neodymium (Nd), Promethium (Pm), Samarium (Sm), Europium (Eu), Gadolinium (Gd), Terbium (Tb), Dysprosium (Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Thulium (Tm), Ytterbium (Yb), dan Lutetium (Lu).

Pembentukan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) berasal dari sisa larutan magma yang mengandung gas-gas berunsur logam (pneumatolisis) pada batuan granit berkomposisi tertentu berumur Trias-Jura (sekitar 200 juta tahun lalu) yang menerobos batuan metasedimen metamorf berumur Permo-Karbon (sekitar 300 juta tahun lalu). Gas-gas yang mengandung unsur logam ini dapat pula terbentuk pada batuan yang diterobos itu sendiri. Selanjutnya, dengan kondisi sedemikian rupa, gas-gas tersebut tidak mudah lolos ke luar dan masih tertahan di bawah penudung (penutup) batuan metasedimen-metamorf berumur Permo-Karbon, membentuk endapan timah pada bagian atas (cupola) tubuh granit itu sendiri.

Dalam keadaan ini, timah terendapkan bersamaan dengan mineral-mineral yang mengandung Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) sebagai inklusi (pengotor) dalam granit yang sama. Mineral yang mengandung Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) ini adalah monasit, zircon dan xenotim. Dengan posisi morfologi ketinggian tertentu, proses pelapukan berlangsung sehingga granit yang mengandung timah dan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) itu tersingkap. Selanjutnya, terjadi pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bagian endapan primer dari granit itu di lereng hingga jauh ke lembah-lembah dan bermuara ke dasar laut.

Keterdapatan dan Potensi REE
Berdasarkan penyelidikan selama ini, potensi REE atau LTJ cukup luas penyebarannya. Salah satu sumber keterdapatan REE atau LTJ adalah mineral timah yang terdapat sebagi mineral sisa buangan pengolahan (mineral tailing) timah. Aspek sumber daya REE atau LTJ bila dikaitkan dengan mineral tailing timah yang umumnya dalam bentuk mineral monasit, xenotim dan zirkon, yang juga salah satu sumber unsur radioaktif, merupakan sumber daya yang sangat potensial. Diperkirakan volumenya sangat besar bila dihitung sejak awal berproduksinya timah di wilayah Bangka-Belitung, yang dimulai sekitar pertengahan abad 18 hingga sekarang. Cadangan ini sudah termasuk sumber daya monasit hipotetik di Bangka-Belitung-Kundur-Kampar yang ditafsirkan dari hasil penyelidikan konservasi Badan Geologi yang mencapai 185.992 ton (Badan Geologi, 2007).

Dengan masih berlangsungnya kegiatan penambangan timah plaser di Bangka-Belitung dan Singkep-Kundur, baik di darat maupun di laut, muncul pertanyaan, seberapa besar cadangan REE atau LTJ yang masih belum/akan ditambang sebagai bakal mineral tailing? Dengan kata lain, seberapa besar cadangan REE atau LTJ pada endapan plaser yang ada? Berdasarkan data yang dikompilasi PSDG, Badan Geologi (2012) potensi REE atau LTJ dalam endapan plaser di wilayah darat untuk Bangka-Belitung tidak cukup besar dibanding potensinya pada mineral tailing, yaitu diperkirakan sekitar 17.785 ton.

Jadi, berdasarkan data hingga saat ini, total REE atau LTJ sebagai produk sampingan dari tambang timah plaser dan endapan plaser yang ada adalah 760.620 ton (742.835 ton + 17.785 ton). Sementara itu, dari tiga kali tahap penyelidikan yang dilakukan di Daerah Parmonangan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, telah dianalisis seanyak 15 unsur tanah jarang. Hasilnya, diperoleh nilai kandungan REE atau LTJ yang cukup penting, yang ditunjukkan oleh Ce sebesar 600 ppm hingga 1400 ppm, La (400 ppm – 1000 ppm), dan Pr (600 ppm – 1400 ppm). Ada pun kandungan unsur REE atau LTJ lainnya umumnya kurang dari 100 ppm. Hasil perhitungan sumber daya hipotetis REE atau LTJ di Tapanuli Utara tersebut berkisar 8.852 ton hingga 20.803 ton atau 14.827 ton bila dirata-ratakan. Dengan demikian, bila dijumlahkan dengan hasil perhitungan sebelumnya, diperoleh bahwa total angka sumber daya REE atau LTJ Indonesia mencapai 775.447 ton.

Penyelidikan yang dilakukan Badan Geologi dalam kurun waktu lima tahun terakhir telah menemukan indikasi jenis endapan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) lainnya. Diantaranya, jenis pelapukan residual diatas batuan beku asam (granit) kurang lebih mirip dengan endapan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) yang ditambang di Jiangxi, Cina, dimana ahli geologi disana menyebutnya jenis ”ion adsorption-type”. Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) melapuk sempurna dan hampir semua Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) terkonsentrasi berupa lapisan lempung pada kerak lapukan. Jika mengacu kepada hasil penyelidikan Badan Geologi tahun 2009-2010 di Daerah Parmonangan Tapanuli Utara, Sumatera Utara, proses pelapukannya berlangsung diatas batuan beku asam yang penyebarannya cukup luas dan dikenal sebagai Granit Sibolga yang sudah tersingkap.

Upaya pengembangan untuk menemukan sumber-sumber baru terus dilakukan oleh Badan Geologi bekerjasama dengan PT. Aneka Tambang, Tbk, yang kemudian ditemukan indikasi jenis endapan laterit di Kalimantan Barat. Dalam hal ini pembentukan Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ) mengikuti proses lateritisasi (pembentukan laterit) sebagaimana berlaku untuk endapan bauksit dan nikel. Laterisasi pada batuan granit, metamorf dan sedimen dalam pembentukan endapan bauksit ini diduga juga membentuk Rare Earth Element (REE) atau Logam Tanah Jarang (LTJ). Indikasi ini telah ditemukan pada endapan bauksit di Kalimantan Barat di mana nilai kandungan Ce yang cukup signifikan dijumpai pada zona dibawah laterit. Tetapi belum diketahui seberapa besar potensi yang ada didaerah ini, dan masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut.

Endapan letakan pasir kuarsa berumur Kuarter di daerah Kalimantan Barat diketahui memiliki potensi sumber daya logam ekonomis, seperti emas dan zirkon. Beberapa peneliti terdahulu juga mengindikasikan kehadiran logam lainnya seperti timah. Diantara semua mineral berat, zirkon secara konsisten hadir dalam jumlah yang cukup tinggi di berbagai lokasi yang diduga berasal dari hasil erosi batuan granitik penyusun batholith Singkawang maupun batuan metamorf. Sedangkan mineral berat lainnya dijumpai berupa rutil, topas, magnetit, hornblende, aegirin, epidot, staurolit, hematit, pirit, molibdenit dan kalkopirit. Beberapa mineral berat lainnya yang dikenal membawa logam ekonomis seperti kasiterit (Sn), monasit (Th, REE) dan alanit (REE) dijumpai di beberapa tempat seperti Sambas dan Bengkayang, yang menunjukkan adanya potensi endapan logam timah, Th dan REE.

Kegunaan REE
Beberapa contoh mengenai penggunaan REE dalam kehidupan manusia modern masa kini diantaranya yaitu REE dimanfaatkan dalam industri teknologi tinggi seperti sebagai katalis dalam proses pengolahan minyak; ditambahkan kecermin karena dapat berfungsi baik untuk memanipulasi refractive index; dalam industri metalurgi REE digunakan dalam proses penggabungan alloys dari alumunium, besi atau baja untuk memperkuatnya; untuk industri phosphorus REE digunakan untuk pengaplikasian dalam membuat cahaya yang berwarna. REE utamanya dalam jumlah kecil relatif terhadap elemen lain memiliki ciri khas magnetis yang membuat penggunaannya sangat efektif dan efisien dalam produk-produk yang membutuhkan daya magnet yang kuat, contohnya material dari campuran samarium-cobalt dan juga campuran dari neodymium-iron-boron adalah magnet terkuat di dunia.

Secara praktis, penggunaan elemen-elemen ini bervariasi sebagai bagian dari material pembentuk komponen produk konsumsi untuk masyarakat luas seperti pengeras suara, kamera, telepon genggam, monitor, komputer, mesin pesawat terbang, mesin x-ray, baterai isi ulang, sampai peralatan penunjang kekuatan militer seperti besi baja kualitas tinggi, bahkan juga sistem kontrol rudal penjelajah, laser pendeteksi, sonar, dan radar, sehingga industri-industri modern masa kini dan terlebih lagi, sistem keamanan di banyak negara, bergantung pada ketersediaan REE.


http://www.baloary.blogspot.com/
Indikasi Keterdapatan REE di Kecamatan Capkala

Sumber Referensi :

REE, Logam Kecil Untuk Teknologi Canggih, 2015, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.

Eksplorasi Umum REE Di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, 2015, Oleh Kisman dan Bambang Nugroho, Kelompok Program Penelitian Mineral Logam, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.

Komposisi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir Kuarsa Di Kalimantan Barat Berdasarkan Studi Kasus Di Daerah Singkawang Dan Sekitarnya, Oleh Lucas Donny Setijadji, Nur Rochman Nabawi, dan I Wayan Warmada, Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014.


Blog Indonesia Mining Exploration, Logam Tanah Jarang : Kekayaan SDA Yang Terabaikan.Pembentukan REE

Sunday, June 26, 2016

Geologi dan Proses Terbentuknya Pulau Kalimantan

Indonesia merupakan Negara Kepulauan. Tetapi apakah kita mengetahui bagaimana terbentuknya pulau-pulau tersebut? Pada kesempatan kali ini, saya akan mendeskripsikan terbentuknya Pulau Kalimantan berdasarkan sudut pandang ilmu geologi, dan proses-proses yang terjadi hingga saat ini. Tujuan dari penulisan artikel ini antara lain untuk memberikan informasi dan gambaran tentang proses aktivitas tektonik, serta karakteristik masing-masing wilayah sehingga kita mengetahui proses terbentuknya Pulau Kalimantan dalam kurun waktu umur geologi.

Sebelum "mendongeng" kondisi geologi Pulau Kalimantan yang bersumber dari beberapa pustaka yang saya ketahui dan artikel-artikel yang berkaitan, terlebih dahulu saya memberikan beberapa pengertian :

Geologi diartikan sebagai ilmu (sains) yang mempelajari tentang bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah dan proses pembentukannya.

Daratan adalah bagian dari permukaan bumi yang tidak digenangi air. Wilayah yang termasuk daratan meliputi pegunungan, perbukitan, dataran, dan lembah. Jadi jangan salah lagi dalam membedakan antara daratan dan dataran.

Pulau adalah sebidang tanah yang lebih kecil dari benua dan lebih besar dari karang, yang dikelilingi air. Kumpulan beberapa pulau dinamakan pulau-pulau atau kepulauan (Bahasa Inggris: Archipelago).

Sedangkan Kalimantan merupakan salah satu dari 5 (lima) pulau terbesar di Indonesia, dengan luas wilayah sebesar 743.330 Km2 (termasuk wilayah Malaysia dan Brunai), puncak tertinggi di Kinabalu dengan ketinggian 4.095 m di atas permukaan laut.

Selanjutnya mari kita mulai "mendongeng" bagaimana kondisi geologi Pulau Kalimantan (pulau tempat saya dilahirkan dan dibesarkan)……..


http://www.baloary.blogspot.com/
Kerangka Tektonik Wilayah Kepulauan Indonesia (Simandjuntak & Barber, 1996)

Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda. Menurut Tapponnir (1982) Lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia yang melejit ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40-50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas tektonik yang paling penting disebalah timur adalah :
1.  Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timur laut, dimulai dari Pulau Jawa dan membentuk pegunungan Meratus sekarang;
2.  Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara;
3.  Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan Jalur Lupar.

Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-Ketungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange Lupar-Lubok Antu dan Boyan. Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan metamorf regional derajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian Meratus merupakan sekuen ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.

Tatanan Tektonik Basement Pra-Eosen

http://www.baloary.blogspot.com/
NW-SE Cross Section Schematic Reconstuction (A) Late Cretaceous, And
(B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Pulau Kalimantan pada bagian barat daya tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi barat daya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatera, dan Semenanjung Malaya. Kalimantan merupakan pulau yang terletak di bagian ujung dari Paparan Sunda (Sundaland). Pada bagian barat dan tengah Pulau Kalimantan tersusun oleh kompleks batuan dasar, merupakan singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar ini terdiri dari sekis dan gneiss yang keterdapatannya bersama dengan batuan granit. Kompleks batuan lainnya yang berasosiasi dengan lempeng Pulau Kalimantan yaitu batuan ofiolit dan batuan bancuh (mélange). Batuan ofiolit merupakan kompleks batuan beku yang terdiri dari anggota basalt, gabro. Peridotit dan granit. Sedangkan batuan bancuh (mélange), merupakan kompleks campuran batuan yang berasal dari lingkungan pembentukan yang berbeda, dimana batuan tersebut terdesak ke atas lempeng ofiolit.

Permulaan Cekungan Eosen
Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di bawah baratlaut Kalimantan pada periode Kapur dan Tersier Awal dapat menjelaskan kehadiran ofiolit, mélanges, broken formations, dan struktur tektonik Kelompok Rajang di Serawak, Formasi Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang merupakan batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak Eosen.  
 
http://www.baloary.blogspot.com/
Paleocene – Middle Eocene SE Asia tectonic reconstruction.
SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Meratus Subduction,
WSUL = West Sulawesi, I-AU = India Australia Plate, PA = Pacific plate
 (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.


http://www.baloary.blogspot.com/
Cross section reconstruction of North Kalimantan that show Lupar subduction in Eocene
 (Hutchison, 1989, op cit., Bachtiar 2006)

Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia Tenggara, termasuk Kalimantan dan bagian utara lempeng Benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement dari lempeng pada Oligosen. Di Pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan (Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992) yang dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New Guinea diubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique. Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen Benua Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.
 
http://www.baloary.blogspot.com/
Late Oligocene – Early Miocene SE Asia tectonic reconstruction.
SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Mersing Subduction, 
WSUL = West Sulawesi,
E SUL = East Sulawesi I-AU = India Australia plate, PA = Pacific plate,
INC = Indocina, RRF = Red River Fault,
IND = India; AU = Australia, NG = New Guinea, NP = North Palawan, 
RB = Reed Bank, H = Hainan,
SU = Sumba (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar 2006)
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan wilayah sekitarnya (Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982; Hinz dan Schluter, 1985; Ru dan Pigott, 1986; Letouzey dan Sage, 1988; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Ketidak selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal (Holloway, 1982, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).
 
http://www.baloary.blogspot.com/
NW – SE cross section schematic reconstruction (A) Oligocene – Middle Miocene, and
 (B) Middle Miocene - Recent (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

http://www.baloary.blogspot.com/
Middle Miocene – Recent SE Asia tectonic reconstruction
(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Tektonisme Miosen          
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang Sangat penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Membukanya cekungan marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen tengah (Harland et al., 1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). 

http://www.baloary.blogspot.com/
Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah (Nuay, 1985, op cit., Oh, 1987)


Pulau Kalimantan saat ini, tidak terdapat gunung api aktif tetapi aktivitas vulkanik pernah terjadi ratusan juta tahun yang lalu dan batuan vulkanik tua dapat dijumpai dibagian barat daya dan bagian timur Pulau Kalimantan. Dibeberapa tempat batuan vulkanik tua yang telah terkikis, pada massa batuan intrusi diduga sebagai batuan yang mengandung emas. Di bagian tengah, timur dan selatan tersusun oleh batupasir  dan batu sabak. Selain batuan vulkanik tua, terdapat batuan sedimen pada umur formasi yang relatif lebih muda diantaranya tersusun oleh endapan gambut dan kipas aluvial yang mengandung endapan batubara dan minyak bumi.

Kalimantan terdiri atas teras kontinen berbentuk segitiga (baji) di bagian selatan dan timur yang dibatasi oleh Basin Tersier. Hanya dibagian barat Kalimantan berupa segitiga yang dibentuk oleh Pegunungan Muller dari Ujung Tanjung Datuk – Sambas yang sebenarnya merupakan massa kontinen, selanjutnya pada sisi bagian timur terbentuk Basin Melawi dengan fasies air payau Tersier Bawah. Menurut Fen (1933), hanya Kalimantan Barat daya yang boleh disebut daratan tua (alte rumpfebene).

Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan sunda tua. Bagian utaranya dibentuk oleh kelompok pegunungan yang membentang dari wilayah Ujung Tanjung Datuk melalui Gunung Niut dan Plato Madi ke arah Pegunungan Muller. Pada tepi selatan dibentuk oleh Pegunungan Schwaner dan pegunungan rendah yang membentang ke pantai selatan. Pada bagian utara massa kontinen Kalimantan Barat, jalur basalt kuarter terdapat disekeliling Gunung Niut dan sepanjang ujung barat daya terdapat beberapa volkanik kuarter yang telah padam.

Disebelah barat lautnya terdapat pegunungan besar setinggi 1000-2000 m yang cekung ke arah barat laut yang terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu. Rangkaian pegunungan ini tersusun oleh batuan marin berumur Pra Tersier dan Tersier Bawah. Rangkaian pegunungan tersebut dipisahkan oleh Lembah Rejang dari sebuah punggungan (igir ularbulu) yang tingginya berangsur-angsur berkurang. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang sebagian besar terdiri dari lapisan tersier, dipisahkan dari Pantai Sarawak dan Brunai.

Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan tersier yang termasuk ke dalam sistem Pegunungan Sunda. Disebelah tenggara dan timur kerangka sturktural Pulau Kalimantan, basement kompleks Pra Tersier menghilang di bawah basin bagian selatan dan timur, selanjutnya ditempat ini terendapkan sedimen tersier. Kemudian basement kompleks itu muncul kembali ke arah pantai timur menurun membentuk Palung di Selat Makasar, dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan Sebuku. Pada bagian tepi ini basin tersier Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan membujur. Pegunungan tersebut berawal dari Meratus bagian selatan terdiri dari batuan pra tersier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda (Satyana, 1994). Dari antiklinorium Samarinda pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden Mahakam. Rangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesa tersier, membentuk bagian yang berlawanan dari rangkaian Pegunungan tersier Sarawak.

Struktur di Pulau Kalimantan dapat dibedakan atas dua struktur geologi yaitu :
1.  Inti Benua (continental core)
Inti benua merupakan lanjutan dari Natuna Selatan yang dikenal dengan Chinese district sampai Pegunungan Schwaner olen Van Bemmelen (1949) dibagi menjadi :
1)  Bagian utara terletak di sebelah utara sungai Kapuas;
2) Zona Pegunungan Schwaner yang membujur dari Pontianak sampai ke Kalimantan Tengah;
3) Bagian selatan, Daerah Ketapang yang terletak antara Pegunungan Schwaner dan Laut Jawa.

Perkembangan geologi daerah ini dapat disimpulkan :
1)  Zaman devon dan permo-karbon, terjadi penurunan dan memungkinkan pembentukan geosinklinal yang diikuti oleh intrusi dan ekstrusi ofiolit.
2)  Akhir Pleozoik terjadi pembubungan geoantiklinal dan disertai oleh terobosan Batholit.
3)  Permo Trias, pengangkatan di wilayah utara dan selatan.
4)  Trias Atas, terjadi penurunan dan menyebabkan terbentuknya endapan sedimen.
5)  Jaman Jura, gejala perlipatan dan pengangkatan diseluruh wilayah, diikuti oleh intrusi Batholit dan Granitis.

2.  Geosinklin Borneo Utara
Zaman kapur terjadi penurunan dan pembentukan geosinklin di wilayah utara yang berlangsung hingga zaman paleogen.Singkapan-singkapan dari geosinklin tersebar mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga ke Semenanjung Kudat di Kalimantan Utara.


Daftar Pustaka :

Satyana, A.H., 2000, Kalimantan, An Outline of The Geology of Indonesia, Indonesian Association of Geologists, p.69-89.

Suwarna, N., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Van de Weerd, A.A., dan Armin, Richard A., 1992, Origin and Evolution of the Tertiary Hydrocarbon-Bearing Basins in Kalimantan (Borneo), Indonesia, The American Association of Petroleum Geologists Bulletin v. 76, No. 11, p. 1778-1803.

Referensi lainnya yang berhubungan :
http://mochhim23.blogspot.co.id/2015/04/geologi-indonesia-kalimantan-sejarah.html.

Tuesday, June 21, 2016

Endapan Bijih Tembaga Porfiri

Tembaga   adalah  jenis  logam  dengan   formula   (Cu),   mempunyai  sifaf mudah  dipipihkan  dan   dilengkungkan  (ductile dan maliable), kekerasannya 2,5 - 3 skala  Mohs,  berat jenisnya 8,8 - 8,9, berwarna merah tembaga,  warna   goresan metalik, merupakan konduktor yang sempurna.

http://www.baloary.blogspot.com/
Batuan yang mengandung kalkopirit
Mineral  tembaga  antara  lain : tembaga  alam (native  cooper,  Cu),  kalkopirit (Cu FeS2),  bornit  (Cu2FeS4),  kalkosit  (CuS2),  kovelit  (CuS),  enargit   (CuAsS4), tetrahidrit (CuSb2S7), tenantit (Cu3Sb2S7),  cuprit  (Cu2S), tenorit  (CuO),  malakhit  (CuCO3Cu(OH)2), azurit (2CuCO3Cu(OH)2), krisokola (CuSiO3H2O), antlerit   (Cu3SO4(OH)4),  brokliantit  (CuSO4(OH)6) dan atakannit (CuCO2 3Cu(OH)3).

Bijih  tembaga  terdapat  sebagi  cebakan-cebakan  dalam berbagai macam tipe batuan yaitu : batuan beku, batuan sedimen   dan  batuan malihan (metamorf). Hampir sebagian  besar  cebakan  tembaga  terjadi  dari  larutan   hidrothermal, dengan  tipe  alih tempat  (replacement)  dan  pengisian  rongga  (cavity filling).

Bijih  tembaga  berkadar tinggi (>6%)  biasanya  dilebur langsung  tanpa pengolahan terlebih  dahulu.  Kebanyakan  bijih tembaga sulfida dikonsentrasi dan  dipisahkan dari  batuan gang (gangue) dengan cara flotasi.  Bijih  tembaga  oksida, silikat  dan  karbonat  biasanya dikerjakan dengan cara pelindian (leaching).

Tembaga di Daerah Kabupaten Bengkayang ditemukan berasosiasi dengan emas yang berbentuk urat kuarsa atau urat barik-barik (stockwork) dan tipe pengisian (cavity filling) merupakan tipe epitermal. Selain itu tembaga juga dapat hadir berasosiasi dengan Molibdenit (Mo) sebagai tipe porfiri. Tempat ditemukan : Ledo (S. Ledo) kadar Cu 39 g/t, Pb : 32 g/t, Zn 131 g/t, Baguruh (kadar Cu 0,01%, Au 0,2 g/t, Mo 0,01%, Selakean (Cu 0,17%, Au 2,2- 26 g/t).

Dibeberapa tempat lainnya hadir sebagai urat kuarsa mengandung kalkopirit, malakit, bornit, kovelit berasosiasi dengan galena, sfalerit yang terdapat di daerah Tiga Desa, G. Bawang, G. Hang Mui San dan Tanyan Goa Boma - Monterado.

Tembaga  dipergunakan  dalam  perkakas  listrik,  mobil, berbagai   macam  kabel  alat  radio,  lemari  es,   air  condition, telephone, telegraf, amunisi, kapal  terbang, peluru  kendali,  campuran logam  (perunggu,  kuningan). Industri  kimia, bahan celup, rayon, alat rumah  tangga, bangunan dan dekorasi.

Artikel yang berhubungan :
Cebakan Emas Primer
Inventarisasi Keterdapatan Sumber Daya Mineral di Kecamatan teriak Kabupaten Bengkayang
Potensi Sumber Daya Mineral

Monday, June 20, 2016

Aplikasi Minerba One Map Indonesia (MOMI)

Sektor pertambangan mineral dan batubara memasuki era baru, pada awal tahun 2013 Ditjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah berhasil membuat aplikasi berbasis WebGIS yang dinamakan Minerba One Map Indonesia (MOMI) untuk mengelola data dan informasi pertambangan minerba yang terintegrasi secara Nasional.

Dasar hukum sebagai acuan dari MOMI adalah Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan. Materi pokok peraturan tersebut diantaranya menyatakan bahwa pemerintah wajib mengelola data dan informasi kegiatan usaha pertambangan sesuai kewenangannya.

http://www.baloary.blogspot.com/
Tampilan Aplikasi MOMI (www.esdm.go.id)

Sistem ini merupakan basis data seluruh wilayah pertambangan yang ada di Indonesia, dan diharapkan dapat sebagai sarana bagi Pemerintah Daerah untuk mendaftarkan usulan WIUP yang akan dilelang (mineral dan batubara) atau dicadangkan (mineral bukan logam dan batuan).  Pada saat Pemerintah Daerah melakukan input Wilayah IUP yang dimohonkan, apabila wilayah tersebut tumpang tindih sistem akan secara otomatis meminta otorisasi atau menolak untuk disimpan.

Aplikasi ini juga merupakan media pelaporan terkait izin usaha pertambangan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/ kota (meliputi data spasial maupun aspasial) serta sebagai alat kontrol pemerintah pusat dalam pembinaan dan pengawasan pengelolaan izin usaha pertambangan.

Sebagai gambaran awal, bahwa konfigurasi aplikasi pada menu utama (daftar layer) MOMI memuat tentang blok minyak dan gas; wilayah pertambangan; WIUP mineral dan batubara; WKP panas bumi; batas administrasi; kawasan hutan; perhubungan (pelabuhan udara, pelabuhan laut, transportasi/jalan); coal terminal; dan kantor bea cukai.

Fasilitas lainnya yang sangat membantu dalam navigasi data dan informasi yaitu tampilan basemap dapat diubah dengan pilihan Bing Maps Aerial (Citra Satelit), Bing Maps Hybrid (Citra Satelit dan Informasi Vector), Bing Maps Road, dan Open Street Map.

Minerba One Map Indonesia mendapatkan penghargaan “Special Achievement in GIS” Awards dari ESRI pada acara ESRI International User Conference di San Diego, California bulan Juli 2013, terpilih dari lebih 100.000 kontestan di seluruh dunia. Penghargaan ini diberikan kepada organisasi yang telah memberikan perbedaan yang sangat signifikan dalam pemanfaatan GIS.

Minerba One Map Indonesia dapat digunakan antara lain untuk :
1.  Analisa tumpang tindih dari data wilayah izin usaha pertambangan  yang ada.
2.  Monitoring data-data yang terkait wilayah pertambangan.
3.  Kolaborasi data dengan berbagai instansi yang menyediakan data spasial.
4.  Analisa data statistik terkait izin usaha pertambangan.

Tata Cara Permohonan Hak Akses, yaitu :
1.  Pemerintah Daerah :
a)     Mengajukan surat pengajuan penganggung jawab dan pengelola hak akses kepada Direktur Jenderal;
b)      Apabila permohonan disetujui, Direktur atas nama Direktur Jenderal menerbitkan Surat Persetujuan Hak Akses;
c)      Apabila permohonan ditolak, Direktur atas nama Direktur Jenderal menerbitkan Surat Penolakan Hak Akses.

2.  Kementerian / Lembaga Non Kementerian Lainnya :
a)     Mengajukan surat permohonan oleh pimpinan lembaga kepada Direktur Jenderal;
b)  Direktur atas nama Direktur Jenderal sebelum menerbitkan surat persetujuan hak akses menerbitkan Nota Kesepahaman;
c)     Nota Kesepahaman yang telah ditanda tangani oleh pimpinan Kementerian/Lembaga Non Kementerian lainnya tersebut, disampaikan kembali kepada Direktur Jenderal untuk ditandangani;
d)    Direktur Jenderal menandatangani Nota Kesepahaman, sebagai Surat Persetujuan Hak Akses;
e)   Apabila permohonan disetujui, Direktur atas nama Direktur Jenderal menerbitkan Surat Persetujuan Hak Akses;
f)       Apabila permohonan ditolak, Direktur atas nama Direktur Jenderal menerbitkan Surat Penolakan Hak Akses.

Sedangkan bagi publik yang bermaksud mengakses website ini untuk sementara belum dapat dilakukan, dikarenakan masih menunggu peraturan terkait.

Dengan adanya MOMI ini diharapkan menjadi acuan sumber utama dalam pengelolaan data dan informasi dibidang pertambangan mineral dan batubara, guna mewujudkan kegiatan usaha pertambangan menjadi lebih baik (good mining practice).


Sumber Referensi : Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.


Artikel yang berkaitan :
Smelter Bauksit di Kalimantan Barat

Friday, June 17, 2016

Penyelidikan Sumber Daya Mineral di Kecamatan Monterado

Pendahuluan
Kecamatan Monterado terdiri dari 11 (sebelas) desa, memiliki luas wilayah sebesar 291,00 Km2 terletak pada titik koordinat 0037’10’’LU-0055’00’’LU dan 109004’35’’BT-109013’47’’BT dengan Ibukota Kecamatan di Monterado, berjarak 53,18 km dari Ibukota Kabupaten Bengkayang.

Pencapaian lokasi Ibukota Kecamatan di Monterado dapat ditempuh dengan jalur darat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh ± 1 jam 45 menit dari Ibukota Kabupaten, melewati jalan utama Bengkayang - Samalantan - Monterado.

Tinjauan Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Singkawang, yang disusun oleh N. Suwarna, F. De Keyser, R.P. Langford dan D.S. Trail yang dikeluarkan oleh (P3G) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi, maka batuan penyusun di Kecamatan Monterado dan sekitarnya adalah sebagai berikut:

-     Formasi Banan (Rub); Berumur Trias Akhir, terdiri dari batupasir dan sedikit konglomerat dibagian atas; batupasir dan serpih dibagian bawah. Pengaruh malihan sentuh, termasuk batu tanduk berkembang disekitar terobosan tersier, terutama pada batupasir dan tufa dibagian bawah.

-   Formasi Sungai Betung (Jls); Berumur Jura akhir, terdiri dari perselingan batulumpur, batulanau, batupasir halus – sedang, kelabu muda – hitam, perbandingan batulumpur meningkat ke arah atas; batupasir tufan halus dibagian atas, berlapis baik.

-     Batuan Gunungapi Raya (Klr); Berumur Kapur Awal, terdiri dari batuan beku luar andesit, dasit dan basal (piroklastik, sedikit lava) serta batuan terobosan; sedikit menyusupi konglomerat, batupasir dan batulumpur; setempat termalihkan oleh batuan terobosan kapur dan tersier, dan termineralisasi dengan pirit, kalkopirit, molibdenit dan sfalerit.

-    Batuan Gunungapi Serentak (Tes); Berumur Eosen Tengah. Terdiri dari Tufa lapili, dasitan, kristal dan sela; setempat breksi tufan dan riodasit, kelabu muda sampai kecoklatan; sebagian terubah; urat halus besian, pirit, pirhotit, pirolusit.

-     Dasit Bawang (Teb); Berumur Eosen Tengah. Terdiri dari dasit, sedikit tonalit, magnetik sedang.

-  Formasi Hamisan (Toh); Berumur Oligosen. Terdiri dari arenit kuarsa dan sela, konglomerat aneka bahan; setempat dengan sisipan batulempung kelabu; perlapisan silang siur dan perlapisan sejajar.

-    Batuan Terobosan Sintang (Toms); Berumur Oligosen Awal – Miosen Awal. Terdiri dari diorit, diorit kuarsa, granodiorit, tonalit, gabro kuarsa; mesokratik sampai lekokratik, porfiritik sampai holokristalin; setempat ubahan serisit,  khlorit, epidot, dan karbonat; serisit berkaitan dengan urat kuarsa-kalkopirit-molibdenit dan pirit menyebar; mineralisasi emas; magnetik sedang.

-    Batuan Gunungapi Niut (Tpn); Berumur Pliosen. Terdiri dari basal porfiri, sedikit andesit basalan.

-   Endapan Aluvial Terbiku (Qat); Berumur kuarter. Tersusun dari kerikil, pasir, lumpur; struktur lapisan silang siur dan bidang; lekuk gerusan, gali dan isi, lapisan mineral berat.

-   Endapan Litoral (Qc); Berumur Kuarter. Tersusun dari lumpur, pasir, kerikil, setempat gampingan; bahan tumbuhan.

-     Endapan Aluvial dan Rawa (Qa); Berumur Kuarter; Tersusun dari lumpur, pasir, kerikil dan bahan tumbuhan.

Kegiatan Penyelidikan
Tahapan kegiatan penyelidikan berupa pengkajian studi literatur dari peneliti terdahulu, untuk mengetahui kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, pola aliran air permukaan dan lithologi. Sedangkan tahapan pekerjaan lapangan yang dilakukan meliputi : pemetaan geologi permukaan, pengamatan singkapan batuan, pengambilan conto batuan, pengambilan titik koordinat, pendataan dan pengamatan lubang-lubang tambang existing.

Hasil Penyelidikan
Potensi endapan bahan galian berdasarkan pengumpulan data primer hasil pengamatan langsung di lapangan yaitu : pasir kuarsa, emas, galena, bauksit, zircon, ilmenit, dan granit.

Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa dijumpai dilapangan tersebar secara tidak merata pada empat desa di Kecamatan Monterado. Dari hasil pengamatan megaskopis diamati warna dari pasir kuarsa tersebut adalah abu-abu muda sampai abu-abu tua, berbutir halus – sedang, umumnya bersifat endapan lepas-lepas akan tetapi dijumpai juga batupasir kuarsa yang bersifat keras (masif), sedangkan pasir kuarsa yang diendapkan sepanjang sungai bervariasi dari warna coklat tua hingga putih. Ketebalan pasir kuarsa yang diamati rata-rata 1-2 meter dengan sisipan lempung dan kaolin didalamnya. Adapun penyebaran dari keterdapatan bahan galian dasar untuk industri kaca ini berarah selatan-utara.
  
Emas
Keterdapatan emas pada Kecamatan Monterado di dominasi dengan keberadaan pasir hasil lapukan batuan beku granit yang mengandung urat-urat emas kemudian teroksidasi secara kimia serta tererosi yang menyebabkan terjadinya pembentukan emas aluvial.

Hasil pengamatan dilapangan keterdapatan emas dijumpai pada daerah yang telah dikerjakan oleh masyarakat setempat dengan sistem tambang “manual”, diketahui ketebalan pasir mengandung emas dijumpai sekitar 1- 14 meter, daerah penambangan emas aluvial ada beberapa tempat antara lain yaitu Desa Monterado, Desa Goa Boma. Potensi emas tersebut telah dilakukan eksplorasi oleh beberapa Pemegang IUP dan dibeberapa tempat telah dilakukan penambangan oleh masyarakat.

Galena
Mineral galena yang banyak digunakan pada industri pengolahan besi dan baja ini, dijumpai di Desa Goa Boma, yang terbentuk pada urat-urat kuarsa pada batuan beku vulkanik. Dan pada batuan yang mengandung galena tersebut juga ditemukan mineral pirit, kalkopirit, dan emas.

Zircon
Zircon dijumpai tersebar mulai dari Desa Rantau, Desa Goa Boma, Desa Monterado, Desa Siaga dan Desa Serindu. Pada pengamatan megaskopis zircon dijumpai dalam keadaan tercampur dengan pasir kuarsa , emas dan mineral berat lainnya.

Rata-rata daerah yang mencirikan keterdapatan bahan galian zircon tersebut merupakan daerah bekas tambang emas yang dikerjakan masyarakat ataupun perusahaan terdahulu. Bahan galian zircon dilapangan dijumpai dengan mineral asosiasinya seperti ilmenit, monazit, rutil, dan xenotim.

Hasil analisa kimia sampel zircon yang berasal dari Kecamatan Monterado menunjukkan hasil sebagai berikut :
1. Magnetit (Fe3O4) : Trace
2. Ilmenit (FeTiO3) : 12,06 %
3. Hematit (Fe2O3) : 4,39 %
4. Piroksen ((Fe,Ca,Mg,Na)SiO) : Trace
5. Zircon (ZrSiO4) : 63,92%
6. Kuarsa (SiO2) : 19,63%

http://baloary.blogspot.com/
Peta Keterdapatan Sumber Daya Mineral di Kecamatan Monterado

Ilmenit
Ilmenit/pasir besi dijumpai di Desa Monterado dengan penyebaran yang tidak merata dan bercampur dengan mineral zircon. Keberadaan ilmenit di lokasi ini berupa sisipan pada batu pasir hasil pengikisan dari batuan beku yang ada disekitar lokasi. Ketebalan endapan pasir yang mengandung ilmenit ini 1-5 meter dan rata-rata agak sulit untuk dipisahkan dengan mineral zircon.
  
Bauksit
Bauksit yang berada dilokasi pengamatan Desa Monterado dan Rantau merupakan hasil lapukan dari batuan granit dijumpai pada areal perbukitan, ketebalan bauksit dilokasi penyelidikan antara 1-3 meter dengan arah penyebaran utara-selatan.

Besi
Singkapan besi yang dijumpai masih termasuk kedalam wilayah Desa Goa Boma. Singkapan besi tersebut ditemukan berupa kumpulan bijih besi berukuran kerakal – bongkah (4 – 40 cm) yang didominasi oleh bijih magnetit – limonit, bijih magnetit – hematit dan juga bijih hematit – limonit.

Granit
Keterdapatan granit yang merupakan bahan galian kontruksi ini dijumpai di Desa Sendoreng dan Gerantung dan telah dilakukan penambangan secara manual. Penyebaran dari batuan granit ini setempat-setempat dikarenakan pembentukan asalnya merupakan suatu intrusi batuan/terobosan.

Kesimpulan dan Saran
Dari hasil inventarisasi sumberdaya mineral dan pengamatan di lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bahan galian galena terbentuk pada urat-urat kuarsa pada batuan beku vulkanik, berasosiasi dengan emas, pirit dan kalkopirit.
2.  Bahan galian zircon yang terakumulasi bersama endapan emas aluvial, cukup menarik untuk dilakukan penyelidikan lebih detail.
3.  Endapan emas aluvial dibeberapa tempat telah dilakukan penambangan oleh masyarakat secara ilegal dengan metode tambang semprot.

Sumber Referensi
1.     JICA (Japan International Cooperation Agency), 1982. Report On Geological Survey of West Kalimantan, consolidated report, Ministry of Mines and Energy, Republic of Indonesia and Metal Mining Agency of Japan.
2.   Suwarna, N., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
3.     Rusmana, E. dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Sambas/Siluas, Kalimantan, Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
4.    Supriatna, E., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Sanggau, Kalimantan, Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
5.   Nursahan, Iwan, dkk., 2004; Laporan Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Logam di Daerah Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.