Indonesia merupakan Negara Kepulauan. Tetapi apakah kita mengetahui bagaimana terbentuknya pulau-pulau tersebut? Pada kesempatan kali ini,
saya akan mendeskripsikan terbentuknya Pulau Kalimantan berdasarkan sudut
pandang ilmu geologi, dan proses-proses yang terjadi hingga saat ini. Tujuan
dari penulisan artikel ini antara lain untuk memberikan informasi dan gambaran
tentang proses aktivitas tektonik, serta karakteristik masing-masing wilayah
sehingga kita mengetahui proses terbentuknya Pulau Kalimantan dalam
kurun waktu umur geologi.
Sebelum "mendongeng" kondisi
geologi Pulau Kalimantan yang bersumber dari beberapa pustaka yang saya ketahui dan artikel-artikel yang berkaitan, terlebih dahulu saya memberikan beberapa pengertian :
Geologi diartikan sebagai ilmu (sains) yang
mempelajari tentang bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah dan
proses pembentukannya.
Daratan adalah bagian dari permukaan bumi yang
tidak digenangi air. Wilayah yang termasuk daratan meliputi pegunungan, perbukitan,
dataran, dan lembah. Jadi jangan salah lagi dalam membedakan antara daratan dan
dataran.
Pulau adalah sebidang tanah yang lebih kecil
dari benua dan lebih besar dari karang, yang dikelilingi air. Kumpulan beberapa pulau dinamakan pulau-pulau atau kepulauan (Bahasa Inggris: Archipelago).
Sedangkan Kalimantan
merupakan salah satu dari 5 (lima) pulau terbesar di Indonesia, dengan luas
wilayah sebesar 743.330 Km2 (termasuk wilayah Malaysia dan Brunai),
puncak tertinggi di Kinabalu dengan ketinggian 4.095 m di atas permukaan laut.
Selanjutnya mari kita mulai "mendongeng" bagaimana kondisi geologi Pulau Kalimantan (pulau tempat saya dilahirkan dan dibesarkan)……..
Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar
yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda. Menurut Tapponnir (1982) Lempeng
Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia yang melejit ke
Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua
Asia, yang terjadi kira-kira 40-50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng
Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Adapun batas-batas tektonik yang paling penting disebalah timur adalah :
1. Komplek subduksi
Kapur Tersier Awal yang berarah Timur laut, dimulai dari Pulau Jawa dan membentuk
pegunungan Meratus sekarang;
2. Sesar mendatar utama
di Kalimantan Timur dan Utara;
3. Jalur subduksi di
Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan Jalur
Lupar.
Bagian utara Kalimantan didominasi oleh
komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian
selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-Ketungai dan Cekungan Kutai
selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange Lupar-Lubok Antu
dan Boyan. Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain
berumur Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos
batuan metamorf regional derajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara
Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian
Meratus merupakan sekuen ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan
Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.
Tatanan
Tektonik Basement Pra-Eosen
NW-SE Cross Section Schematic Reconstuction (A) Late Cretaceous, And (B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006) |
Pulau Kalimantan pada bagian barat daya
tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai bagian dari Lempeng Asia
Tenggara meliputi barat daya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatera, dan
Semenanjung Malaya. Kalimantan merupakan pulau yang terletak di bagian ujung
dari Paparan Sunda (Sundaland). Pada bagian barat dan tengah Pulau Kalimantan
tersusun oleh kompleks batuan dasar, merupakan singkapan dasar benua terbesar
di Indonesia. Batuan dasar ini terdiri dari sekis dan gneiss yang
keterdapatannya bersama dengan batuan granit. Kompleks batuan lainnya yang
berasosiasi dengan lempeng Pulau Kalimantan yaitu batuan ofiolit dan batuan
bancuh (mélange). Batuan ofiolit
merupakan kompleks batuan beku yang terdiri dari anggota basalt, gabro.
Peridotit dan granit. Sedangkan batuan bancuh (mélange), merupakan kompleks campuran batuan yang berasal dari
lingkungan pembentukan yang berbeda, dimana batuan tersebut terdesak ke atas
lempeng ofiolit.
Permulaan
Cekungan Eosen
Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan
zona subduksi ke arah tenggara di bawah baratlaut Kalimantan pada periode Kapur dan Tersier Awal dapat menjelaskan kehadiran ofiolit,
mélanges, broken formations, dan struktur tektonik Kelompok Rajang di Serawak, Formasi Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok Embaluh. Batas
sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang merupakan
batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak
Eosen.
Paleocene – Middle Eocene SE Asia tectonic reconstruction.
SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Meratus Subduction,
WSUL = West Sulawesi, I-AU = India Australia Plate, PA = Pacific plate
(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)
|
Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan
mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada
Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena
regional dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat
pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.
Cross section reconstruction of North Kalimantan that show Lupar subduction in Eocene
(Hutchison, 1989, op cit., Bachtiar 2006)
|
Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia Tenggara, termasuk
Kalimantan dan bagian utara lempeng Benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement dari
lempeng pada Oligosen. Di Pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh
ketidakselarasan (Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992)
yang dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea)
dengan sejumlah komplek busur. New Guinea diubah dari batas konvergen pasif
menjadi oblique. Sistem sesar
strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen Benua
Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi
lempeng pada pertengahan Oligosen.
Late Oligocene – Early Miocene SE Asia tectonic reconstruction.
SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Mersing Subduction,
WSUL = West Sulawesi,
E SUL = East Sulawesi I-AU = India Australia plate, PA = Pacific plate,
INC = Indocina, RRF = Red River Fault,
IND = India; AU = Australia, NG = New Guinea, NP = North Palawan,
RB = Reed Bank, H = Hainan,
SU = Sumba (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar 2006)
|
Ketidakselarasan pada
pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan wilayah sekitarnya
(Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982; Hinz dan Schluter, 1985; Ru dan Pigott,
1986; Letouzey dan Sage, 1988; op cit., Van
de Weerd dan Armin, 1992). Ketidak
selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi
pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya sampai
timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian
timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal (Holloway, 1982, op cit., Van de
Weerd dan Armin, 1992).
NW – SE cross section schematic reconstruction (A) Oligocene – Middle Miocene, and
(B) Middle Miocene - Recent (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)
|
Middle Miocene – Recent SE Asia tectonic reconstruction
(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)
|
Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang
Sangat penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di
Sabah dan Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989;
Nichols, 1990; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di
Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Membukanya cekungan
marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen tengah (Harland et al.,
1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).
Pulau Kalimantan saat ini, tidak terdapat
gunung api aktif tetapi aktivitas vulkanik pernah terjadi ratusan juta tahun
yang lalu dan batuan vulkanik tua dapat dijumpai dibagian barat daya dan bagian
timur Pulau Kalimantan. Dibeberapa tempat batuan vulkanik tua yang telah
terkikis, pada massa batuan intrusi diduga sebagai batuan yang mengandung emas.
Di bagian tengah, timur dan selatan tersusun oleh batupasir dan batu sabak. Selain batuan vulkanik tua,
terdapat batuan sedimen pada umur formasi yang relatif lebih muda diantaranya
tersusun oleh endapan gambut dan kipas aluvial yang mengandung endapan batubara
dan minyak bumi.
Kalimantan terdiri atas teras kontinen
berbentuk segitiga (baji) di bagian selatan dan timur yang dibatasi oleh Basin
Tersier. Hanya dibagian barat Kalimantan berupa segitiga yang dibentuk oleh
Pegunungan Muller dari Ujung Tanjung Datuk – Sambas yang sebenarnya merupakan
massa kontinen, selanjutnya pada sisi bagian timur terbentuk Basin Melawi
dengan fasies air payau Tersier Bawah. Menurut Fen (1933), hanya Kalimantan Barat
daya yang boleh disebut daratan tua (alte
rumpfebene).
Teras kontinen ini membentuk bagian massa
daratan sunda tua. Bagian utaranya dibentuk oleh kelompok pegunungan yang
membentang dari wilayah Ujung Tanjung Datuk melalui Gunung Niut dan Plato Madi
ke arah Pegunungan Muller. Pada tepi selatan dibentuk oleh Pegunungan Schwaner
dan pegunungan rendah yang membentang ke pantai selatan. Pada bagian utara
massa kontinen Kalimantan Barat, jalur basalt kuarter terdapat disekeliling Gunung
Niut dan sepanjang ujung barat daya terdapat beberapa volkanik kuarter yang
telah padam.
Disebelah barat lautnya terdapat pegunungan
besar setinggi 1000-2000 m yang cekung ke arah barat laut yang terdiri dari
Pegunungan Kapuas Hulu. Rangkaian pegunungan ini tersusun oleh batuan marin
berumur Pra Tersier dan Tersier Bawah. Rangkaian pegunungan tersebut dipisahkan
oleh Lembah Rejang dari sebuah punggungan (igir ularbulu) yang tingginya
berangsur-angsur berkurang. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang
sebagian besar terdiri dari lapisan tersier, dipisahkan dari Pantai Sarawak dan
Brunai.
Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan
Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan tersier yang termasuk ke dalam sistem
Pegunungan Sunda. Disebelah tenggara dan timur kerangka sturktural Pulau
Kalimantan, basement kompleks Pra Tersier menghilang di bawah basin bagian
selatan dan timur, selanjutnya ditempat ini terendapkan sedimen tersier.
Kemudian basement kompleks itu muncul kembali ke arah pantai timur menurun membentuk
Palung di Selat Makasar, dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan Sebuku. Pada
bagian tepi ini basin tersier Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan
membujur. Pegunungan tersebut berawal dari Meratus bagian selatan terdiri dari
batuan pra tersier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda (Satyana, 1994).
Dari antiklinorium Samarinda pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden
Mahakam. Rangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesa
tersier, membentuk bagian yang berlawanan dari rangkaian Pegunungan tersier
Sarawak.
Struktur di Pulau Kalimantan dapat dibedakan
atas dua struktur geologi yaitu :
1. Inti Benua (continental core)
Inti benua merupakan
lanjutan dari Natuna Selatan yang dikenal dengan Chinese district sampai
Pegunungan Schwaner olen Van Bemmelen (1949) dibagi menjadi :
1) Bagian utara terletak
di sebelah utara sungai Kapuas;
2) Zona Pegunungan
Schwaner yang membujur dari Pontianak sampai ke Kalimantan Tengah;
3) Bagian selatan,
Daerah Ketapang yang terletak antara Pegunungan Schwaner dan Laut Jawa.
Perkembangan geologi
daerah ini dapat disimpulkan :
1) Zaman devon dan
permo-karbon, terjadi penurunan dan memungkinkan pembentukan geosinklinal yang
diikuti oleh intrusi dan ekstrusi ofiolit.
2) Akhir Pleozoik
terjadi pembubungan geoantiklinal dan disertai oleh terobosan Batholit.
3) Permo Trias,
pengangkatan di wilayah utara dan selatan.
4) Trias Atas, terjadi
penurunan dan menyebabkan terbentuknya endapan sedimen.
5) Jaman Jura, gejala
perlipatan dan pengangkatan diseluruh wilayah, diikuti oleh intrusi Batholit
dan Granitis.
2. Geosinklin Borneo
Utara
Zaman kapur terjadi
penurunan dan pembentukan geosinklin di wilayah utara yang berlangsung hingga
zaman paleogen.Singkapan-singkapan dari geosinklin tersebar mulai dari selatan
Sungai Kapuas hingga ke Semenanjung Kudat di Kalimantan Utara.
Daftar Pustaka :
Satyana, A.H., 2000, Kalimantan, An Outline of The Geology of
Indonesia, Indonesian Association of Geologists, p.69-89.
Suwarna, N., dkk., 1993, Peta
Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Van de Weerd, A.A., dan Armin, Richard A., 1992, Origin and Evolution of
the Tertiary Hydrocarbon-Bearing Basins in Kalimantan (Borneo),
Indonesia, The American Association of Petroleum Geologists Bulletin v.
76, No. 11, p. 1778-1803.
Referensi
lainnya yang berhubungan :
http://mochhim23.blogspot.co.id/2015/04/geologi-indonesia-kalimantan-sejarah.html.