Diberlakukannya larangan ekspor raw material
(bahan mentah) komoditas tambang jenis-jenis tertentu oleh Pemerintah sejak
tanggal 12 Januari 2014, mengupayakan setiap pelaku usaha pertambangan tahapan
operasi produksi melakukan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan
dan pemurnian mineral.
Usaha pertambangan kegiatan pengolahan dan
pemurnian mineral inilah kemudian dikenal dengan istilah smelter. Apa
yang dimaksud dengan smelter?
Smelter diartikan sebagai unit atau pabrik
pengolahan dan pemurnian komoditas tambang untuk meningkatkan mutu mineral
serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan. Jenis komoditas tambang
mineral logam tertentu yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya antara lain
bijih Bauksit.
Sedangkan smelter bauksit dapat diartikan
sebagai unit atau pabrik pengolahan dan pemurnian komoditas tambang mineral
logam bijih bauksit.
Di Kalimantan Barat keterdapatan bijih
bauksit memiliki cadangan yang melimpah. Potensi inilah yang menjadi salah satu
dasar bagi pelaku usaha pertambangan untuk membangun smelter bauksit di
Kalimantan Barat.
Terdapat 2 (dua) unit smelter pengolahan
bijih bauksit di Kalimantan Barat yaitu milik PT. ANTAM melalui perusahaan
afiliasinya yaitu PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) berlokasi di Tayan,
Sanggau dan milik PT. Well Harvest
Winning Alumina Refinery berlokasi di Kendawangan, Ketapang.
Proyek pengembangan smelter bauksit lainnya milik PT. ANTAM
adalah proyek Smelter Grade Alumina (SGA) berlokasi di Mempawah yang hingga
saat ini masih dalam tahapan kajian lebih lanjut dengan rencana kapasitas
produksi 1,2 juta metric ton SGA per tahun.
Gambar ilustrasi smelter pengolahan mineral (dunia-energi.com) |
Berikut gambaran pembangunan ke dua smelter tersebut……
Pertama, smelter bauksit PT. Indonesia
Chemical Alumina (ICA) akan mengolah bijih bauksit menjadi produk Chemical
Grade Alumina (CGA), berkapasitas produksi CGA 300.000 ton per tahun dengan
mengolah 850.000 wet metric tons bijih bauksit tercuci per tahun.
Pabrik pengolahan CGA Tayan yang dikembangkan PT. Indonesia
Chemical Alumina (ICA) ini, merupakan perusahaan patungan antara PT. ANTAM dan
Showa Denko (SDK) Jepang. ANTAM memiliki 80 persen saham PT. ICA dan sisa
kepemilikan 20 persen saham dipegang oleh SDK. Pendanaan proyek senilai 490
juta dollar AS atau setara Rp. 5 triliun itu berasal dari internal ANTAM dan
SDK, pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation, Mizuho Bank Ltd,
dan Sumitomo Trust and Banking Ltd.
Selanjutnya yang ke dua adalah smelter bauksit PT. Well Harvest
Winning Alumina Refinery, merupakan perusahaan patungan antara PT. Cita Mineral
Investindo (Harita Group), China Hongqiao Group Ltd, Winning Investment (HK),
dan PT. Danpac Resources Danpac memiliki kapasitas produksi sebesar 2 juta ton
alumina per tahun dengan total investasi sebesar US$ 1 milyar.
Pembangunan smelter tahap pertama telah diresmikan dan
beroperasi sejak pertengahan Tahun 2015 lalu, dengan kapasitas 1 juta ton
alumina per tahun senilai US$ 500 juta. Kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan
smelter tahap kedua, memiliki kapasitas dan nilai investasi yang sama direncanakan
akan beroperasi pada Tahun 2017 mendatang.
Hadirnya ke dua smelter ini diharapkan meningkatkan nilai tambah
mineral bijih bauksit, meningkatkan ketahanan industri pertambangan dalam
negeri, pengendalian produksi dan penjualan bijih bauksit, serta penyerapan tenaga
kerja.
Sumber Referensi : www.ANTAM.com dan
www.esdm.go.id.
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga bermanfaat